Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi IX DPR Rieke Diah Pitaloka meminta Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bisa mendanai film-film tentang perjuangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

"Film-film tentang perjuangan TKI di luar negeri, bisa memberikan gambaran bahwa mereka memerlukan perlindungan dari berbagai eksploitasi, sekaligus memberikan gambaran kepada calon TKI kondisi budaya dan kerja di negara tujuan," katanya di Jakarta, Minggu malam.

Pada diskusi buruh migran di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail itu, politisi dari PDIP itu mengingatkan, kalaupun ada anggaran untuk itu maka tugas pembuatan film diserahkan kepada ahlinya yaitu rumah produksi yang mampu menggarap gagasan itu dengan baik.

"Film itu harus bisa menginspirasi bahwa setiap orang bahwa TKI sebagai pembantu rumah tangga juga seorang manusia yang harus dimanusiakan, sehingga harus ada sistem perlindungan yang memadai dan siapapun yang memberangus hak-hak buruh migran harus mendapat hukuman yang setimpal," katanya.

Sementara Rostiawati, Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang hadir mewakili Menakertrans Muhaimin Iskandar mengatakan, sebenarnya film yang memberikan penyadaran dan pencerahan tentang profesi TKI juga bisa diselaraskan dengan beberapa progam kementeriannya.

"Mungkin tidak 100 persen dibiayai, tetapi kami sangat menghargai jika ada produser yang membuat film seperti `Minggu Pagi di Victoria Park` ini yang menggambarkan TKI di Hongkong," katanya.

No`e Letto, produser film "Minggu Pagi di Victoria Park" yang hadir pada dialog itu mengatakan, film itu merupakan gambaran dari perjuangan mempertahankan martabat seorang manusia yang menjadi TKI di negeri orang.

Ia ingin mengajak semua orang untuk peduli dengan nasib buruh migran, karena sebenarnya mereka juga tidak akan nekat berangkat ke luar negeri kalau memang di desa mereka tersedia lapangan kerja.

Erwin Scheisshelm Presiden Direktur Frederick Ebert Stiftung yang berbicara sebelum dialog dimulai berharap 10 tahun ke depan,Indonesia mampu mengelola kekayaan alam yang ada sehingga tidak ada lagi warga Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri.

"Indonesia itu negara kaya raya, tetapi penduduknya miskin," katanya yang sudah 10 tahun memimpin LSM untuk penguatan serikat pekerja di Indonesia.

Sebelum dialog, Rieke yang dikenal sebagai Oneng pada Sinetron Bajaj Bajuri, membawakan puisi berjudul "Soli Dari Sumba". Soli adalah nama TKW asal Sumba yang ditemui Rieke di Terminal 3 (Sekarang Terminal 4) Bandara Soekarno Hatta, Maret 2010.

Usai dialog dilanjutkan dengan nonton bareng "Minggu Pagi di Victoria Park" yang menampilkan bintang film sekaligus sutradara film Lola Amaria, kemudian Imelda Soraya, Doni Damara, dan Titi Sjuman.

Pemutaran film yang berakhir pukul 22.00 WIB itu mengisahkan Mayang (Lola Amaria) yang terpaksa menjadi TKI di Hongkong karena ditugaskan sang ayah, mencari adiknya Sekar (Titi Sjuman) yang sudah setahun hilang tidak ada kabar beritanya. Proses pencarian itulah plot utama yang membuka kehidupan TKI di Hongkong.

Perjalanan TKI mengumpulkan uang di negeri orang itu tidaklah sesederhana yang dibayangkan karena berhadapan dengan budaya negara lain, dan tekanan psikologi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri termasuk kasih sayang dan gaya hidup modern. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010