Jakarta (ANTARA) - Rektor Institut Teknologi Indonesia Marzan Aziz Iskandar mengatakan insentif sebaiknya diberikan bagi kegiatan riset, invensi dan inovasi yang mampu meningkatkan pendapatan per kapita bangsa Indonesia.

"Insentif diberikan kepada kegiatan-kegiatan invensi dan inovasi yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita bangsa kita, misalnya mencegah Indonesia masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah atau mendorong Indonesia naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi," kata Marzan, dalam webinar Uji Materi Regulasi BRIN di Jakarta, Selasa.

Marzan yang pernah menjabat Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2008-2014 menuturkan untuk meningkatkan pendapatan per kapita menjadi negara berpendapatan tinggi, berarti ada selisih sekitar 8.000 Dolar AS yang harus dipenuhi Indonesia, karena pada 2019 pendapatan per kapita Indonesia adalah 4.050 Dolar AS, sementara negara berpenghasilan tinggi memiliki pendapatan per kapita 12.535 Dolar AS.

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan lompatan dan terobosan besar untuk mewujudkan Indonesia naik status dari negara berpendapatan menengah ke atas menjadi negara berpenghasilan tinggi. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memastikan perekonomian Indonesia digerakkan oleh inovasi (innovation driven economy) sebagaimana yang diimplementasikan negara-negara maju.

"Ini hanya bisa kita lakukan apabila kita memberdayakan inovasi dan invensi untuk meningkatkan pendapatan ini sekaligus juga meningkatkan status pembangunan ekonomi kita dari negara yang didasarkan pada efficiency driven economy menjadi negara yang innovation driven economy, negara yang perekonomiannya itu didorong inovasi atau ekonomi berbasis inovasi," ujar Marzan.

Menurut dia, Indonesia harus segera berpindah dari ekonomi berbasis efisiensi (efficiency driven economy) menuju ekonomi berbasis inovasi. Ekonomi berbasis efisiensi masih bergantung pada pemanfaatan kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja murah dan pasar domestik yang besar.

Sementara, kekayaan sumber daya alam yang dimanfaatkan terus menerus lama kelamaan akan menghadapi titik kehabisan. Oleh karenanya, perlu ada penguatan riset dan inovasi sehingga menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, bahkan berkali-kali lipat dari yang sebelumnya.

Sebagai contoh, jika biji kakao diolah menjadi bar cokelat, maka terjadi 19 kali penambahan nilai tambah. Sementara dengan mengolah bijih nikel menjadi baja anti karat (stainless steel), maka nilai tambah naik meningkat hingga 19 kali. Begitu juga dengan bijih besi yang diolah menjadi baja tahan karat, maka ada penambahan nilai tambah hingga 30 kali.

Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan riset, pengembangan, pengkajian dan penerapan teknologi, serta invensi dan inovasi, maka pemanfaatan seluruh potensi dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia akan bisa mencapai maksimal untuk meningkatkan perekonomian bangsa.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021