Ghalanai, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Dua penyerang bunuh diri yang memakai seragam polisi meledakkan bom yang menewaskan 40 orang di kawasan suku Pakistan, Senin, dalam serangan terhadap milisi anti-Taliban dan sesepuh suku pro-pemerintah di dekat perbatasan dengan Afghanistan.

Serangan itu merusak parah kantor pemerintah di Ghalanai, kota utama di distrik Mohmand, sekitar 175 kilometer sebelah baratlaut Islamabad dan yang dilanda kekerasan militan.

Seorang juru bicara Taliban Pakistan mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut dan mengancam membunuh siapa pun yang membentuk milisi melawan gerilyawan muslim garis keras itu.

Amjad Ali, seorang pejabat senior pemerintah di distrik Mohmand, mengatakan, 40 orang tewas dan 60 cedera, 25 diantaranya dalam keadaan serius.

"Penyerang-penyerang bom itu memakai seragam polisi suku. Salah seorang dari mereka meledakkan dirinya di pintu gerbang utama dan yang kedua di kantor," kata Ali.

Sedikitnya 10 pejabat pemerintah dan dua wartawan televisi Pakistan termasuk diantara mereka yang tewas, tambahnya.

Lebih dari 100 orang diyakini berada di dalam bangunan itu dimana para pejabat pemerintah, sesepuh suku sekutu dan anggota milisi lokal anti-Taliban melakukan pertemuan ketika serangan bom itu dilakukan.

Pakistan telah lama mempersenjatai dan mendukung orang-orang suku dalam strategi penting yang dirancang untuk melindungi masyarakat setempat dari gangguan Taliban di wilayah baratlaut.

Serangan itu merupakan pemboman bunuh diri kedua dalam kurun waktu lima bulan yang ditujukan pada para sesepuh suku Mohmand yang bersekutu dengan pemerintah. Pada 9 Juli, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan 105 orang di kota Yakaghund, juga di wilayah tersebut.

Sekitar 4.000 orang tewas dalam serangan bunuh diri dan pemboman di Pakistan sejak pasukan pemerintah menyerbu masjid di Islamabad yang dianggap sebagai tempat persembunyian militan pada 2007. Serangan-serangan itu dituduhkan pada Taliban dan gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al-Qaeda di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010