AsiaNet 42480

Langkah-langkah akan membatasi pertanian dan kehutanan di negara-negara berkembang

     CANCUN, Meksiko, 7 Desember 2010 (ANTARA/PRNewswire-AsiaNet) -- Berbagai usulan kepada PBB untuk membatasi akses kawasan lahan dan hutan di negara-negara berkembang atas nama perubahan iklim akan berefek merugikan atas pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut dan sedikit mengurangi emisi, menurut LSM yang berbasis di Washington, World Growth.

     (Logo: http://photos.prnewswire.com/prnh/20081204/DC49733LOGO)

     LSM pro-pembangunan itu menyoroti laporan penelitian baru yang lebih lanjut mengurangi separuhnya emisi dari deforestasi, dengan menunjukkan secara meyakinkan negara-negara berkembang hutan tropis bukan sumber utama emisi global. Ia juga mempertanyakan strategi saat ini perunding PBB untuk mendukung program-program yang akan mengucurkan miliaran dolar 'bantuan iklim' ke negara-negara berkembang -- bukan fokus pada pertumbuhan ekonomi di wilayah yang paling padat penduduknya di dunia.

     Ketika berbicara pada perundingan iklim di Cancun, Ketua World Growth dan mantan ketua GATT (pendahulu Organisasi Perdagangan Dunia), Alan Oxley berkata: "Para perunding negara kaya, donor dan kelompok lingkungan mengklaim bahwa kesepakatan mengenai REDD (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) akan membantu kaum miskin dan secara ajaib mengurangi emisi. Jujur ini merupakan yang terbaik.

     "Penelitian baru dari Winrock International yang diumumkan pada konferensi itu telah mengurangi separuhnya perkiraan emisi deforestasi dari 17% menjadi sekitar 8% dan memperkirakan itu akan turun lebih jauh ketika penyerapan karbon oleh perkebunan dihitung.

     "Para ahli di konferensi tersebut juga telah menjelaskan bahwa pertanian adalah penyebab utama deforestasi di negara-negara miskin. Usul REDD untuk membatasi akses ke lahan dan hutan pada dasarnya merupakan mandat bagi negara-negara miskin untuk mengekang produksi kehutanan dan pertanian.

     "Langkah-langkah ini mengabaikan kebutuhan akan pembangunan ekonomi berkelanjutan, di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand serta Cekungan Kongo dan Amerika Selatan, untuk memperluas lahan pertanian guna menciptakan lapangan kerja, pangan dan mengurangi kemiskinan."

     "Lembaga-lembaga donor dan PBB telah menjanjikan sebesar Rp 4 miliar untuk program ini dan akan menjanjikan lagi. Namun REDD adalah strategi yang akan mempromosikan bukan memberantas kemiskinan."

     Untuk membaca seluruh laporan World Growth, klik di sini (http://www.worldgrowth.org/forestry/index.cfm?sec=10&subSec=42&id=559 ).

     Untuk berbicara dengan para pakar World Growth atau mengetahui lebih banyak tentang upayanya, silakan email media@worldgrowth.org atau hubungi +1-866-467-7200.

     World Growth adalah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang didirikan untuk memperluas penelitian, informasi, advokasi, dan sumber daya lain untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan standar hidup di negara berkembang dan transisi. Di World Growth, kami menerima era globalisasi dan kekuatan perdagangan bebas untuk memberantas kemiskinan serta menciptakan lapangan kerja dan peluang. World Growth mendukung produksi minyak sawit dan penggunaan kehutanan sebagai sarana meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan dan mengurangi emisi gas rumah kaca. World Growth percaya budidaya kuat minyak sawit dan kehutanan memberikan sarana yang efektif pengelolaan lingkungan yang dapat berfungsi sebagai katalis untuk meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi. Untuk keterangan tambahan mengenai World Growth, kunjungi www.worldgrowth.org.

     SUMBER: World Growth

     KONTAK:
     World Growth,
     +1-866-467-7200
     media@worldgrowth.org




Pewarta:
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2010