Cancun-Meksiko (ANTARA News) - Para menteri yang dipilih telah menyerahkan hasil mediasi dan konsultasi informal diantara negara-negara peserta tentang beberapa isu kunci kepada Presiden KTT (COP) ke-16 Perubahan Iklim Cancun Meksiko, Patricia Espinosa.

"Pada akhirnya kami terpaksa mengembalikan kesimpulan umum kepada presiden KTT dan kami harapkan presiden bisa membuat keputusan selanjutnya (non paper presidency)," kata Ketua Delegasi RI (Delri) Rachmat Witoelar di sela-sela perundingan KTT ke-16 Perubahan Iklim di Cancun Meksiko, Kamis.

Rachmat Witoelar merupakan salah satu dari 11 menteri yang diminta oleh Presiden KTT untuk melakukan konsultasi informal tentang isu-isu kunci dengan perwakilan negara maju dan negara berkembang menyusul kebuntuan didalam perundingan.

"Saya melihat ada perkembangan dalam negosiasi tapi berjalan sangat lambat sehingga Presiden COP yang handal dan berani akhirnya harus meminta bantuan kepada pihak-pihak no formal (pihak yang tidak mempunyai posisi di UNFCCC) yaitu para menteri dari beberapa negara," jelas Rachmat.

Dia menjelaskan dirinya diminta menjadi bagian dari tim perumus untuk isu yang cukup penting yaitu mitigasi, MRV (penghitungan, pelaporan dan verifikasi) dan Kyoto Protokol.

Tim perumus diminta untuk bisa menyelesaikan konsultasi dengan semua negara agar dapat diselesaikan satu teks dari keputusan COP dan CMP terkait mitigasi.

"Konsultasi yang dilakukan dengan banyak pihak cukup alot karena masih ada perbedaan pandangan antara negara maju dengan negara maju dan diantara negara maju dengan negara berkembang," katanya.

Sedangkan Anggota Komisi Aksi Iklim Uni Eropa, Connie Hedegaard juga mengatakan adanya kebuntuan dalam perundingan sehingga Presiden COP membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas isu secara informal.

"Sekarang waktunya sangat pendek dan kami menunggu dari posisi negara-negara lain dan kami tidak mampu melanjutkannya sehingga dalam kelompok kecil berusaha untuk membahas apa yang menjadi kendala dan menempatkan dalam tanda kurung di teks negosiasi," katanya

Mantan Presiden COP ke-15 itu menyadari akan sulit membuat keputusan mengikat di Cancun, tetapi dia optimis akan ada kesepakatan dari beberapa isu yang telah dibahas seperti soal adaptasi, sektor kehutanan dan soal transparansi.

"Meski kita tahu itu sulit, tapi bukan hal yang tidak mungkin. mari kita lakukan," katanya.

Dalam perundingan di bawah jalur Protokol Kyoto (AWG-KP) dan jalur Kerjasama Jangka Panjang (AWG-LCA) memang terjadi kebuntuan negosiasi, terutama dalam substansi komitmen dan angka penurunan emisi oleh negara-negara maju.(*)
(T.N006/B013/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010