Cikarang, Bekasi (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengaku kesulitan mengevakuasi 300 Kepala Keluarga yang bermukim di lokasi terparah banjir Kecamatan Muaragembong.

"300 KK di titik terparah banjir di Desa Pantai Bahagia tetap berdiam di sekitar lokasi rumahnya dan menolak pindah ke pengungsian karena khawatir barang di rumahnya hilang," kata Camat Muaragembong, M Ma`ruf, di Muaragembong, Sabtu.

Menurut dia, Pantai Bahagia adalah titik terparah bencana banjir bila dibandingkan tiga desa lainnya yakni Pantai Mekar, Pantai Sederhana, dan Pantai Bakti yang diakibatkan luapan Sungai Citarum sejak Selasa (7/12) lalu.

Ketinggian permukaan air di sekitar rumah warga di Desa Pantai Bahagia, kata dia, rata-rata mencapai 50 centimeter hingga 150 centimeter. Hal itu diakibatkan tanggul Sangai Citarum di Kampung Giongbong mengalami jebol dengan diameter 50 meter akibat terhantam arus sungai.

"Kami sudah berulang kali mengimbau agar warga di lokasi itu segera pindah ke tenda-tenda pengungsian darurat yang sudah disiapkan pemerintah namun ditolak karena beralasan masih melakukan sejumlah aktifitas dan takut barangnya hilang," kata Ma`ruf.

Dikatakan Ma`ruf, ribuan korban banjir lainnya di Desa Pantai Mekar, Pantai Bakti, dan Pantai Sederhana telah menepati lokasi pengungsian yang terletak di aula Kantor Kecamatan dan tenda pengungsian yang disediakan pemerintah serta Kodim.

Upaya antisipasi banjir yang dilakukan pihaknya, kata dia, diantaranya dengan menambal tanggul jebol di Kampung Giongbong menggunakan 5.000 kantong pasir dan terpal. "Total karung pasir yang disediakan sebanyak 20.000 kantong pasir yang disebar masing-masing 5.000 kantong ke masing-masing desa yang terendam air," ujarnya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010