Solo (ANTARA News) - Tersangka terlibat jaringan terorisme yang berhasil ditangkap di Kudus, Imron alias Abu Tholut oleh Kepolisian Republik Indonesia, dikenal sebagai ahli dalam persenjataan.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Iskandar Hasan, di Markas Polresta Surakarta, Selasa, mengatakan, Abu Tholut merupakan ahli persenjataan yang pernah menjadi orang penting ikut terlibat dalam peperangan di Afghanistan.

Imron alias Mustofa alias Abu Tholut di Indonesia bersama dengan Ubaid Dulmatin melaksanakan survei ke lokasi pelatihan militer, di Jantho Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Kedua orang tersebut bertemu dengan Yudi, Tengku Maszuki sebagai pelatih Tadri`b lokal, di mana keinginan Abu Tholut agar peserta pelatihan ini hendaknya adalah anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan orang lokal Aceh.

Sehingga, kata Kadiv Humas Polri, Abu Tholut meminta Yudi Zulfahri sebagai kelompok pelatihan Aceh.

Kegiatan Survei yang dilakukan Abu Tholut dan kawan-kawan tersebut didanai oleh Abu Bakar Baasyir melalui Ubaid dan setelah pulang ke Solo, dia dan Ubaid melaporkan kegiatan di Aceh kepada Abu Bakar Baasyir sebagai Amir JAT.

Pada tahun 2009, Abu Tholut bersama Dulmatin, Abdulah Sunata, Ubaid, Warsito alias Tong JI sepakat untuk meningkatkan eksistensi pelatihan di Aceh menjadi militer persenjataan dan pembentukan Al-Qoidah Serambi Mekah dengan Amir Abu Bakar Baasyir.

Saat itu, kata Kadiv Humas Mabes Polri, untuk kebutuhan pendanaan akan diurus Ubaid yang berkoordinasi dengan Abu Bakar Baasyir. Untuk kebutuhan persenjataan diurus oleh Dulmatin, Abdullah Sunata dan Maulana, kemudian pelatihan militer oleh Mustaqim dan Abu Tholut.

Kadiv Humas menjelaskan, pada Februari 2010, Abu Tholut menerima uang sebesar Rp100 juta melalui Ustad Haris atas persetujuan Abu Bakar Baasyir di kantor JAT, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dana tersebut oleh Abu Tholut digunakan untuk membeli persenjataan dan amunisi untuk dipakai oleh para Mujahidin yang melaksanakan latihan perang di Aceh.

Menurut dia, keterkaitan antara kejadian perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, 18 Agustus 2010 dan penembakan Polsek Hamparan perak 19 September 2010, dilakukan oleh kelompok Tony Togar alias Indra Warman dan kawan-kawan adalah beberapa pelakunya eks peserta latihan militer Aceh.

Hasil keterangan Fadli Sadana salah satu perencana Fa`i atas perampokan Bank Cimb Niaga Medan, bahwa uang dari hasil kegiatan tersebut direncanakan digunakan untuk mendanai kegiatan teror.

"Mereka akan melakukan teror berupa penyerangan aset-aset asing dan warga negara asing yang di wilayah Pekanbaru dan Lampung," kata Kadiv Humas.
(B018/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010