Sumbawa Barat, NTB (ANTARA News) - Perusahaan tambang tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara mampu menghasilkan 120.000 ton bijih tambang setiap hari dari lokasi penambangan di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

"Bijih tambang yang diproduksi mencapai 120 ribu ton per hari," kata Manajer Jasa Teknis dan Tambang PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Mirza Chairot kepada wartawan di lokasi tambang Batu Hijau, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa.

Sebanyak 20 orang wartawan dari berbagai media massa nasional meninjau lokasi tambang Batu Hijau itu. Kegiatan ini merupakan bagian dari perjalanan jurnalis nasional yang difasilitasi Pemprov NTB terkait peringatan HUT ke-52 Pemprov NTB, 17 Desember 2010.

Mirza menjelaskan, aktivitas tambang PTNNT di Batu Hijau itu terus berlanjut hingga jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak karya (KK).

Penggalian lubang tambang hingga pengangkutan material tambang ditargetkan minimal pada kedalaman setiap 15 meter untuk setiap titik galian tambang, kemudian berpindah ke titik galian lainnya, demikian seterusnya.

Sejauh ini lubang galian tambang di Batu Hijau tersebut sudah mencapai diameter dua kilometer dari sekitar 2,8 kilometer yang ditargetkan. Kedalamannya telah mencapai 195 meter dari target 435 meter.

Aktivitas galian dan pengangkutan material tambang itu melibatkan 70 unit truk jenis "caterpillar" T93 dengan total kemampuan angkut 219 ton batuan.

"Rata-rata produksi material tambang perhari mencapai 400 ribu hingga 500 ribu ton batuan," ujar Mizra yang didampingi Manager Public Relations PTNNT Kasan Mulyono.

Menurut Mizra, batuan tambang itu kemudian diolah menjadi dua bagian penting yakni bijih tambang selaku material bernilai ekonomis yang mengandung tembaga, emas dan perak, dan batuan penutup yang tidak bernilai ekonomis.

Selanjutnya, bijih tambang yang produksinya rata-rata mencapai 120 ribu ton perhari itu diolah menjadi konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak. Sementara batuan tidak bernilai ekonomis diamankan di lokasi penimbunan sementara.

"Batuan yang ditimbun itu masih mungkin digali dan diolah lagi untuk menghasilkan bijih tambang di kemudian hari atau diakhir usaha penambangan," ujarnya.

PTNNT beroperasi berdasarkan kontrak karya yang ditandatangani 2 Desember 1986. Pada 1990 PTNNT menemukan cebakan tembaga porfiri yang kemudian diberi nama Batu Hijau.

Setelah melalui proses pengkajian selama enam tahun serta disetujui Pemerintah Indonesia, proyek Batu Hijau dimulai pada 1996, namun PTNNT baru beroperasi penuh mulai Maret 2000.
(A058/E005/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010