Blitar (ANTARA News) - Reuni di SMAN 1 Blitar, Jawa Timur, Sabtu (18/12) dan Minggu (19/12), agaknya bukan reuni biasa. Betapa tidak, sebuah mobil gegana (penjinak bahan peledak) terlihat siaga di halaman sekolah itu di Jalan Ahmad Yani.

Tidak hanya itu, sejumlah mobil "water canon" juga nangkring di ujung Jalan Ahmad Yani di Jalan Kalimantan dan Jalan dr Wahidin.

Di SMA yang berdirik sejak 1955 itu sedang berlangsung reuni akbar untuk angkatan 1958-2008 yang ditandai dengan kangen-kangenan.Namun, acara itu agak protokoler karena seorang alumnusnya yang sangat penting datang ke reuni akbar itu. Siapakah dia?

Alumnus yang dimaksud adalah Wapres Boediono (alumni 1961), Herawati Boediono (alumni 1963), dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (alumnus 1974).

Ketiga alumni SMAN 1 Blitar itu mengawali nostalgia di kampung Blitar dengan berziarah ke makam orangtua Wapres di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Blitar, Sabtu sore (18/12).

Bahkan, ketiganya juga sempat berziarah ke makam proklamator Indonesia, Soekarno yang makamnya hanya 200-300 meter dari makam kerabat Wapres.

Pada Sabtu malam 18/12),  Wapres menghadiri reuni dengan rekan-rekan seangkatannya di SMAN I Blitar. Keesokan harinya, Minggu (19/12), ketiga alumnus yang menjadi tokoh nasional itu mengikuti jalan sehat bersama alumni lainnya menjelang pulang ke Jakarta.

Untuk itu, sekitar 250 personel kepolisian ditempatkan di jalur yang dilewati rombongan dan di lokasi reuni akbar itu.

Petugas dari Kepolisian Resor Kota Blitar sempat menahan tiga aktivis yang berunjuk rasa di dekat SMAN I Blitar, Sabtu (18/12).

Namun, ketiga mahasiswa Universitas Balitar bernama Djoko, Angga, dan Faisal itu akhirnya dilepas setelah ada negosiasi antara koordinator aksi, Ringgo Priyanggono, dengan aparat kepolisian setempat.

Tidak berubah

Kedatangan Wapres bersama istri serta Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono beserta istri itu mendapat sambutan antusias dari 1.000 lebih alumni yang datang ke reuni akbar pada Sabtu (18/12) malam itu.

Wapres yang datang ke SMAN 1 Blitar pada Sabtu (18/12) pukul 19.30 WIB itu disambut para alumni dengan berebut bersalaman, melambaikan tangan, dan bahkan mengabadikan dengan foto kamera.

"Rasanya, sulit dilukiskan saat saya pertama kali masuk sekolah ini yang pernah menjadi tempat belajar. Saya senang bertemu angkatan tua dan muda," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono yang juga alumni tahun 1974 itu.

Setelah sambutan Wapres, reuni tampaknya diwarnai dengan ajang "kangen-kangenan" dengan diiringi "penyanyi" dari masing-masing angkatan untuk menyemarakkan acara hingga selesai pukul 22.30 WIB.

Dalam reuni akbar itu, Wapres Boediono yang mengenakan baju batik warna cokelat menerima cendera mata berupa lukisan potret diri dari alumni angkatan 1980-1983.

"Reuni (SMAN 1 Blitar angkatan 1958-2008) kali ini untuk mengumpulkan `balung pisah` (bagian yang terserak atau lama terpisah) dan berbincang-bincang dengan mantan pacar," ucap ketua panitia reuni, Riyanto MM.

Namun, katanya, pihaknya juga melibatkan alumni untuk membangun SMAN 1 Blitar melalui serangkaian acara reuni sejak 4 Desember hingga 19 Desember itu.

"Ada alumni 1960-an yang membangun `green house`, ada alumni 1974 yang membangun `jogging track`, ada alumni 1972-1977 yang mengadakan penghijauan di SMAN 1 Blitar, ada alumni 1985 yang menanam 2.500 sengon di kawasan sekitar SMAN 1 Blitar, dan alumni 1991 menampilkan wayang kulit semalam suntuk," ucapnya.

Puncak reuni adalah pertemuan "kangen-kangenan" pada Sabtu (18/12) malam dan jalan sehat bersama Wapres pada Minggu (19/12) pagi.

"Saya senang bertemu Pak Boediono, karena sikap beliau tidak berbeda dengan dulu, beliau nggak lupa dengan teman-temannya. Kalau agak formal sedikit, ya mungkin faktor protokoler sebagai Wapres saja, kami maklum," kata Soenardi SH, alumni tahun 1963.

Senada dengan itu, alumni tahun 1965, Satryono, mengaku bangga alumni SMAN 1 Blitar mempunyai banyak tokoh nasional seperti Wapres Boediono, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, dan istrinya.

"Saya sempat tahu Ibu Herawati Boediono, karena saya kelas satu ketika beliau kelas tiga. Beliau itu sederhana, nggak neko-neko, dan sikap itu nggak berubah sampai sekarang," katanya.

Bekal karakter

Di hadapan alumni SMAN 1 Blitar dari Jawa dan Luar Jawa (18/12), Wapres Boediono meminta para pendidik untuk mengutamakan pendidikan karakter, karena karakter merupakan bekal yang penting untuk masa depan bangsa ini.

"Sebagai alumni SMAN 1 Blitar, saya merasakan bekal yang menentukan hidup adalah bekal karakter yang saya pegang sampai sekarang," katanya.

Didampingi istrinya Ny Herawati Boediono, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Bupati dan Wakil Bupati Blitar yang sama-sama alumni di SMAN 1 Blitar, Wapres Boediono mengaku bangga dengan almamaternya.

"Saya bangga dengan prestasi siswa SMAN 1 Blitar sekarang, tapi prestasi dan ketrampilan yang bagus itu tidak cukup, karena itu perlu ditambah dengan pendidikan yang maju pula," katanya.

Menurut dia, porsi pembentukan karakter perlu ditambah, karena hal itulah yang penting, bahkan pemerintah saat ini sedang merumuskan pentingnya pendidikan karakter melalui revitalisasi Pramuka mulai tahun 2011.

"Pemerintah akan meningkatkan pendidikan kepramukaan melalui program-program yang praktis dan konkret untuk pembentukan karakter mulai SD hingga SMA," katanya.

Selain itu, pemerintah juga akan mendukung kurikulum pendidikan untuk melahirkan karakter seperti jujur, santun, disiplin, dan adanya teladan dari pendidik dan alumni dari sekolah setempat.

"Setiap pulang kampung (ke Blitar), saya selaku menyempatkan diri untuk ziarah ke makam orangtua dan pendiri negara ini yakni Ir Soekarno (Bung Karno). Dengan ziarah itu, saya ingat bahwa karakter itu sangat menentukan arah kehidupan bangsa ini," katanya.

Pandangan Wapres Boediono itu disepakati alumni tahun 1965, Satryono. "Saya setuju soal pendidikan karakter itu, karena sekolah kami mengalami kemajuan dengan didasari pendidikan karakter dari pendirinya yakni Mrs Soekartini pada tahun 1955," katanya.

Saat itu, katanya, SMAN 1 Blitar masih berupa bangunan dari bambu di Balai Rakyat, namun karakter disiplin yang ditanamkan Mrs Soekartini dan diwariskan kepada kepala sekolah berikutnya secara turun menurun telah membawa hasil.

"Buktinya, kami memiliki sejumlah alumni yang membanggakan seperti Pak Boediono, Ibu Herawati Boediono, Laksamana Agus Suhartono, meskipun ada juga alumni yang menjadi tukang becak dan penyanyi," katanya.

Namun, alumni SMAN 1 Blitar agaknya terbukti sukses dalam bidangnya berkat karakter yang ditanamkan sejak dini, seperti disiplin, sederhana, jujur, santun, memberi teladan kepada yunior, dan sebagainya.

"Insya-Allah, kalau jadi pemimpin tidak akan menyakiti hati rakyat, seperi manipulasi, korupsi, nepotisme, dan melupakan ekonomi rakyat," kata Soenardi SH, alumni 1963. (*)

E011/A025

Oleh Edy M. Ya`kub
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010