Tehran (ANTARA News) - Mantan Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengecam pemecatannya pada pekan ini oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad sebagai tindakan yang "tidak Islami dan menyakitkan".

"Mencopot seorang menteri saat (ia) masih melakukan misi negara sangat tidak Islami, tidak diplomatis, menyakitkan dan di luar praktik politik normal," kata Mottaki yang dikutip oleh kantor berita Mehr pada Minggu.

Ahmadinejad mengumumkan keputusannya untuk memecat Mottaki pada Senin saat diplomat karir berusia 57 tahun itu melakukan kunjungan kenegaraan ke Senegal.

"Saya tidak pernah diberitahukan mengenai penunjukkan orang baru dalam 24 jam setelah saya berangkat untuk misi tersebut," kata Mottaki merujuk pada pertemuan Ahmadinejad pada malam keberangkatannya, tulis Mehr.

Ketua Badan Atom Iran Ali Akbar Salehi secara resmi ditunjuk pada Sabtu sebagai pejabat menteri luar negeri republik Islam tersebut dalam suatu upacara yang juga menjadi upacara perpisahan bagi Mottaki yang malah dijauhkan dari upacara tersebut.

"Hal yang lebih konyol adalah (saya tidak diberitahukan) mengenai tanggal upacara perpisahan dan penunjukkan Salehi," kata Mottaki.

Pemecatan Mottaki terjadi setelah ia disebut melakukan "langkah mundur" dalam pidato Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton yang menyebut Tehran berhak untuk memiliki program nuklir untuk tujuan damai.

Clinton mengatakan kepada BBC bahwa Iran dapat melakukan pengayaan uranium untuk tujuan sipil di masa depan, namun hal itu hanya bisa terjadi bila dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan diselaraskan dengan kewajiban internasional Tehran.

Mottaki tampak mengabaikan posisi resmi Iran dengan berulang kali --dan bahkan hampir tiap hari-- mengatakan bahwa program pengayaan uranium negara tersebut tidak dapat dinegosiasikan.

Pencopotannya juga terjadi hanya beberapa hari setelah Iran melangsungkan pembicaraan penting di Geneva pada 6-7 Desember dengan negara-negara besar mengenai program nuklirnya yang kontroversial. Pembicaraan lanjutan dijadwalkan berlangsung bulan depan di negara tetangga Iran, Turki.(*)
AFP/KR-DLN/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010