PBB (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB, Senin akan menyelengarakan sidang mengenai ketegangan yang meningkat di semenanjung Korea sementara Rusia menyatakan kemarahannya karena hal itu tidak dilakukan sebelumya.

Rusia mendesak Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) untuk membatalkan pelatihan militer dengan menggunakan peluru tajam di perbatasan Korea yang Korea Utara (Korut) peringatkan bahwa aksi itu akan dapat membawa "bencana " bagi kedua pihak.

Setelah memanggil duta-duta besar Korsel dan AS di Moskow, Jumat Rusia menginginkan Dewan Keamanan PBB melakukan "sidang darurat", Minggu, kata dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin.

AS adalah ketua Dewan Keamanan untuk bulan Desember dan Churkin mengatakan misi AS "menolak melakukan satu pertemuan seperti itu hari ini. Kami menyesalkan itu. Kami yakin satu tindakan seperti itu oleh ketua dewan melanggar praktek yang ada di dewan itu."

"Kami menganggap jika tidak dilakukan segera tindakan maka situasi di semenanjung Korea akan menjadi lebih tegang," kata Churkin dalam satu jumpa wartawan.

AS menolak kecaman mengenai pengaturan sidang itu.

AS mengatakan permintaan itu diterima Sabtu dan setelah melakukan konsultasi dengan Rusia dan negara-negara anggota lain dari 15 anggota dewan ditetapkan sidang akan diselenggarakn Ahad pagi waktu setempat (Senin WIB).

"Ini untuk memenuhi permintaan anggota-anggota lain Dewan Keamanan agar memiliki waktu untuk berkonsultasi dengan ibu-ibu kota mereka dan memenuhi permintaan Rusia bagi satu pertemuan tepat waktu," kata juru bicara utusan AS Mark Kornblau.

AS dan Rusia adalah dua dari lima anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto yang dapat membatalkan setiap resolusi.

Dewan Keamanan PBB belum mengeluarkan pernyataan atau melakukan tindakan terhadap serangan artileri Korut ke pulau Yeonpyeong bulan lalu yang menewaskan dua wara sipil dan dua marinir Korsel.

China, yang anggota tetap dewan itu menghambat tuntutan bagi satu pernyataan yang mengecam keras Korut, termasuk setiap saran bahwa Korut melancarkan serangan itu, kata para diplomat.

Perundingan menyangkut satu pernyataan kini mengalami jalan buntu dan para diplomat mengatakan kini ada kemungkinan Dewan Kemanan tidak akan mengecam.

Korut mengancam akan melancarkan serangan balasan yang lebih mematikan terhadap Korsel jika pelatihan yang menurut rencana akan dsieenggaraan 18 dan 21 Desember di perairan pulau Yeonpyeong , yang terletak di perbatsan laut yang disengkatakan dua negara itu.

Korut mengatakan pelatihan itu "akan membuatnyya tidak mungkin mencegah situasi di semenanjung Korea meledak dan akan menimbulkan bencana.

Korut mengatakan militernya siap mengancam melakukan "hukuman yang tanpa ampun dan tegas" terhadap setiap aksi seperti itu dan "tidak akan melakukan perundingan yang hampa."

Pyongyang mempersengketakan perbatasan Laut Kuning yang ditetapkan PBB setelah Perang Korea 1950-1953. Korut mengklaim perairan sekitar Yeonpyeong dan pulau-pulau garis depan Korsel iainnya sebagai wilayah martimnya.

Penembakan pertama terhadap daerah-daerah sipil sejak perang itu berakhir memicu kemarahan di Korsel, yang segera mengirim pasukan lebih banyak dan senjata-senjata ke pulau-pulau garis depan.

Para pejabat Korsel mengatakan pelatihan militer mendatang mungkin akan diselenggarakan Senin atau Selasa apabila cuaca lebih baik.

Rusia dan China telah mendesak Korsel membatalkan rencana pelatihan itu. Wakil Mnelu Zhang Zhijun mengatakan Beijing "sangat cemas dan khawatir" akan situasi di semenanjug itu, kata kantor berita Xinhua.

Pada Sabtu menteri-menteri luar negeri kedua negara itu menyerukan kedua pihak di semenajung Korea menahan diri dan mwndesak semua pihak yang terkait mencegah terjadi ketegangan yang meningkat.(*)

AFP/H-RN/B002

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010