Dosen dan peneliti pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Lukman M Baga, Rabu, di Bogor, mengatakan, keterpurukan nasib petani di Indonesia umumnya dipengaruhi sistem agribisnis yang masih timpang.
"Sistem agribisnis kita masih timpang karena belum berpihak pada petani. Petani hanya menjadi objek karena posisi tawarnya sangat lemah," kata Lumkan.
Lukman mengemukakan, posisi tawar petani lemah akibat terlalu dominannya peran para pemilik modal dan pihak-pihak yang menjadi penghubung antara petani dengan pasar atau biasa dikenal dengan sebutan "tengkulak."
"Mata rantai sistem agribisnis kita terlalu panjang, sehingga menjadikan posisi tawar petani lemah," ujar Lukman M Baga.
Lemahnya posisi tawar tersebut membuat petani tidak berdaya dalam menentukan harga berbagai komoditas tanaman.
"Fenomena yang terjadi selama ini, harga semua komoditas ditentukan oleh tengkulak. Petani ditekan sedemikian rupa dan berada dalam poisi terjepit," terang Lukman.
Guna meningkatkan posisi tawar petani, Lukman menyerukan perlunya memangkas mata rantai dalam sistem agribisnis.
"Petani harus menjadi pemain langsung sistem agribisnis, sehingga menjadi penentu harga dan dapat meraih bagian terbesar hasil usaha tani yang dilakukan," tegasnya.
Guna mendorong petani menjadi pelaku langsung usaha agribisnis, Lukman mengimbau agar mereka menguatkan diri dengan cara membangun kelembagaan tani yang kuat dan sehat.
"Organisasi harus memiliki wadah untuk menguatkan peran dan membangun jaringan usaha agar posisi tawarnya dalam sistem agribisnis menguat," demikian Lukman.(*)
(ANT-053/A027/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010