Washington (ANTARA News) - Jika 1999 adalah Tahun-nya Napster dalam sejarah Internet, maka 2010 akan menjadi Tahun-nya WikiLeaks.

Napster, pembelot file-sharing, pernah menjungkirbalikkan industri musik dan hak cipta melalui cara yang beberapa dekade lalu dianggap tak lazim, sementara WikiLeaks, memberi dampak serupa terhadap kerahasiaan pemerintah dan transparansi.

Untuk saat ini, WikiLeaks membuat pemerintah-pemerintah, lembaga-lembaga dan orang-orang seluruh dunia berupaya mencari jawaban atas isu-isu sulit yang menyelimuti kebijakan AS, kebebasan berbicara, kemerdekaan Internet, privasi, kerahasiaan, transparansi dan kekuasaan, serta bahwa web.

WikiLeaks menegaskan bahwa pengungkapan ribuan dokumen rahasia AS mengenai perang di Afghanistan dan Iraq serta mengenai kerja orang-orang dalam pada diplomasi AS, telah mengungkapkan penyelewengan militer AS di medan perang, kontradiksi antara orang-orang yang dihormati AS dan apa yang sesungguhnya terjadi.

Para pengkritik WikiLeaks mencela pengungkapan dokumen-dokumen rahasia sebagai kejahatan yang dibawa seorang prajurit AS yang tak pandai menjaga rahasia dan bersekongkol dengan pendiri WikiLeaks Julian Assange yang menyebut diri sebagai penyebar warta kebenaran.

Clay Shirky, penulis AS yang membahas dampak sosial dan ekonomi dari teknologi internet, mengatakan perasaannya campur aduk mengenai WikiLeaks meskipun dia menentang keras upaya ekstrayudisial untuk menghentikan operasi laman ini.

"Seperti kebanyakan orang, saya menentang WikiLeaks," kata Shirky dalam satu posting blog di lamannya, Shirky.com.

"Para warga demokrasi fungsional mesti mengetahui apa yang dikatakan dan dilakukan negara atas nama kita," kata Shirky. "WikiLeaks dengan jelas meningkatkan kemampuan tersebut.

"Di sisi lain, sistem manusia tidak bisa menciptakan transparansi murni," katanya.

"Orang yang mencoba mencapai konsensus harus mampu mempribadikan suara opini mereka yang bisa mengingkari publik, dan kemudian menyanggahnya.

"WikiLeaks jelas sekali merusak kemampuan-kemampuan itu."

Assange tengah berada di tahanan rumah di Inggris dalam upaya melawan permintaan Swedia yang ingin mengekstradirinya atas tuduhan kejahatan seksual terhadap dua wanita.

Statusnya ini membuat Assange harus melapor setiap hari kepada polisi dan mengenakan pelacak elektronik.

Andrew Rasiej, pendiri blog teknologi dan politik techPresident.com, mengatakan dia melihat WikiLeaks sebagai "Napster dalam evolusi mengenai bagaimana teknologi mengubah hubungan antara rakyat dan pemerintahnya."

"Cara dalam mana kita memandang kekuasan itu sendiri berubah sebagai akibat dari web," kata Rasiej kepada AFP.

"Saya mengharapkan itu setelah semua hal tenang kembali, sehingga pemerintah mengakui bahwa dia harus berjuang demi keterbukaan dan transparansi, serta menggunakan klasifikasi (rahasia) hanya dalam kesempatan yang langka," katanya.

Rasiej mengungkapkan keprihatinnya bahwa ketimbang menciptakan transparansi yang lebih luas, pemerintah-pemerintah malah meminta obat yang mungkin lebih buruk dibandingkan penyakitnya sendiri."

Washington murka karena ulah WikiLeaks dan diyakini tengah mempertimbangkan cara-cara untuk mengadili Assange karena pembocoran besar-besaran.

James Lewis, pakar keamanan cyber pada Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington, mengatakan upaya-upaya pelarangan cyber hanya akan menguatkan WikiLeaks.

Dia mencatat bahwa Napster pada akhirnya dimatikan oleh pengadilan, meskipun laman ini terus hidup lewat reinkarnasi-reinkarnasi seperti The Pirate Bay.

"Sepuluh tahun dari sekarang tidak ada seorang pun yang menoleh lagi ke belakang dan mengatakan WikiLeaks adalah hal yang baik," kata Lewis kepada AFP. "Mereka (pemerintah) boleh saja punya niat baik, namun itu akan berbalik.

"Saya kira hal yang akan terjadi adalah orang akan mundur dan bertanya 'Inikah politik yang bertangggungjawab itu?' 'Apakah ini yang kita inginkan?' Dan saya kira jawabannya adalah tidak," katanya.

"Orang-orang WikiLeaks mungkin sama tidak bertanggungjawabnya dengan Anda dan mereka akan memprovokasi melalui respons dan respons ini akan dicobakan untuk membatasi aktivitas semacam ini di masa mendatang," kata Lewis.

"Tidak ada pemerintah dan tidak ada perusahaan yang senang dengan ide bahwa seseorang boleh mencuri data mereka dan orang-orang ini dengan mudahnya mempublikasikan data itu," katanya.

Analis media Jeff Jarvis, dalam editorial op-ed-nya untuk Welt am Sontag dari Jerman baru-baru ini yang direpublikasi oleh Buzzmachine.com, mengatakan bahwa WikiLeaks dan Internet bersama-sama akan menggugat kuasa kerahasiaan pemerintah.

"Wikileaks membuat kita semua prihatin bahwa tidak ada rahasia yang aman," kata Jarvis. "Mari kita manfaatkan episode ini untuk membuat masyarakat kita menguji mengaia bagaimana seharusnya pemerintah kita menjaga rahasia dan transparansi," katanya.

"Untuk sekarang, di era Internet ini, kekuasaan bergeser dari mereka yang menguasai rahasia kepada mereka yang menciptakan keterbukaan. Inilah realitas berkembang kita sekarang." (*)

AFP/Jafar

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010