Sleman (ANTARA News) - Pemasangan jaringan listrik di lokasi "shelter" atau hunian sementara korban bencana Gunung Merapi di Dusun Plosokerep, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, dinilai lamban.

"Sampai saat ini belum semua `shelter` yang ditempati warga Dusun Kinahrejo dan Panggukrejo, Desa Umbulharjo ini dipasang jaringan listrik, padahal infrastruktur dan instalasinya sudah siap," kata Koordinator Posko Jenggala Andi Sahrandi, Minggu.

Menurut dia, pihaknya yang ditunjuk pemerintah daerah sebagai pembangun "shelter" Plosokerep sudah memenuhi semua persyaratan yang diajukan PLN untuk pemasangan jaringan listrik, namun sampai saat ini listrik belum disambung.

"Saat pertama kali kami mulai membangun `shelter`, pihak PLN menyatakan siap mengalirkan listrik kalau infrastruktur dan instalasi sudah jadi," katanya.

Ia mengatakan, sejak beberapa waktu lalu seluruh infrastruktur sudah siap, namun PLN sampai saat ini belum menyambung aliran listrik.

Belum disambungnya jaringan listrik untuk para pengungsi ini mungkin terkendala persyaratan mendadak dari PLN, namun hanya syarat teknis yang sebenarnya terlalu birokratis.

"Tanyakan saja ke PLN, yang jelas ucapan terima kasih juga sudah kami sampaikan ke seluruh pihak, termasuk PLN. Untuk sementara seluruh pengungsi kami berikan lampu minyak untuk penerangan," katanya.

Belum tersambungnya aliran listrik ini juga dikeluhkan warga korban Merapi yang menempati "shelter" di Plosekerep.

"Karena listrik belum ada, kami terpaksa memakai lampu minyak tanah, sehingga harus hati-hati karena hampir seluruh bangunan `shelter` terbuat dari `gedhek` (bambu) yang mudah terbakar," kata penghuni "shelter" Warna Wiarjo asal Dusun Kinahrejo.

Ia mengatakan, selain itu warga juga kesulitan jika harus mengisi ulang listrik "handphone" (Hp) karena tidak ada aliran listrik sehingga harus menumpang ke rumah tetangga atau keluarga terdekat.

"Kalau saya tidak masalah, hanya kasihan anak-anak dan tetangga yang punya Hp karena harus menumpang ke rumah warga yang sudah tersambung lisrik," katanya.(*)

(U.V001/E005/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011