kita terlena dan fokus pada kompetensi teknis untuk vokasi
Jakarta (ANTARA) - Praktisi pendidikan dari lembaga nonprofit InfraDigital Foundation (IDF) Deborah Miryam mengatakan perlu kolaborasi semua pihak untuk meningkatkan kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

“Salah satunya melalui pelatihan kerja yang diberikan. Dengan pelatihan kerja itu, maka lulusan SMK akan mendapatkan kompetensi teknis maupun nonteknis,” ujar Deborah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Data BPS menyebutkan sebanyak 11,45 persen dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan lulusan SMK. Angka itu paling besar di antara pengangguran dari lulusan jenjang pendidikan lainnya. Hal itu dikarenakan kemampuan nonteknis lulusan SMK sebagian besar belum memenuhi harapan industri.

IDF menghadirkan Professional Development, yakni pelatihan untuk menghadapi dunia kerja yang ditujukan lulusan SMK, guru SMK, serta mitra atau kerabat Grab yang mengikuti pelatihan keamanan siber 2021.

Baca juga: ACC fasilitasi kerja sama pendidikan kejuruan Indonesia-China
Baca juga: Perjalanan Eko Desriyanto bangun akademi vokasi IDeA Indonesia


Kegiatan Professional Development Workshop diselenggarakan sejak 2020. Pelatihan tersebut dinilai mampu menjawab persoalan kemampuan nonteknis di dunia kerja.

“Tujuan dari pelatihan ini adalah membangun kesiapan kerja dan membekali kemampuan beradaptasi di dunia kerja. Pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta,” terang dia.

“Melalui pelatihan kerja ini, kami berharap lulusan SMK mendapatkan keterampilan nonteknis baru untuk bekal mereka melamar pekerjaan. Dalam masa pandemi ini, lulusan SMK, khususnya bidang IT, memiliki peluang besar untuk terserap di dunia industri seiring berkembangnya industri berbasis teknologi,” terang dia lagi.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, (Dirjen Diksi) Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, mengatakan indeks produktivitas di Indonesia berada pada angka yang rendah, yaitu 0,8 persen karena pendidikan terlena pada peningkatan kompetensi teknis.

"Selama ini, kita terlena dan fokus pada kompetensi teknis untuk vokasi, seharusnya kita fokus pada menumbuhkan minat siswa, kompetensi nonteknis dan karakter kreatif siswa," kata Wikan.

Baca juga: Kementerian Pendidikan dorong sekolah optimalkan "teaching factory"
Baca juga: Wapres: Pendidikan vokasi paling terdampak pandemi COVID-19
Baca juga: Kemendikbudristek: Pendidikan vokasi punya peran strategis terkait SDM


Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021