Kudus (ANTARA News) - Konsorsium Muria Hijau Kudus, Kamis, mulai menyosialisasikan rencana pembentukan desa hayati kepada kalangan warga Desa Ternadi, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Ketua Konsorsium Muria Hijau (KMH) Hendy Hendro mengatakan jika pembentukan desa hayati di kabupaten ini ingin berhasil, maka harus mendapat dukungan kalangan masyarakat.

"Kunci utama keberhasilan program penghijauan disesuaikan dengan pola pemberdayaan masyarakat di kawasan Hutan Muria dan di luar hutan dalam rangka mempercepat proses perbaikan hutan dan lahan," ujarnya.

Pembentukan desa hayati, kata dia, akan memanfaatkan sejumlah potensi desa setempat untuk diolah agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pendekatan wanatani.

Artinya, kata dia, program penghijauan akan dilakukan dengan pola pertanian campuran, yakni mengkombinasikan tanaman semusim dengan tahunan sehingga tidak ada penebangan untuk memanfaatkan kayu.

Menurut rencana, kata dia, Bank Jateng Cabang Kudus akan memberikan bantuan kredit permodalan dengan bunga lunak kepada warga untuk usaha ternak atau usaha lain yang prospektif.

"Keunggulan ternak hewan tidak hanya dari hasil penjualan hewan, tetapi kotoran hewan ternak bisa dimanfaatkan sebagai biogas maupun pupuk kandang," ujarnya.

Sosialisasi yang diikuti warga Desa Ternadi dihadiri tamu undangan, seperti Direktur Bank Jateng Cabang Kudus Teguh Riyanto, Asisten Perhutani/Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Muria Patiayam Darsiwan, BP DAS Pemali Jeratun Supriyono, dan Dinas Kehutanan Provinsi Jateng.

Selain itu, hadir pula Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus Sa`diyah dan sejumlah perusahaan yang peduli dengan penghijauan kawasan hutan

Direktur Bank Jateng Cabang Kudus Teguh Riyanto mendukung pembentukan desa hayati dengan menyiapkan kredit lunak bagi warga yang akan membuka usaha ternak maupun lainnya.

Pengembangan usaha yang bisa dilakukan warga, yakni usaha peternakan, perkebunan, maupun usaha dagang.

"Gagasan membentuk desa hayati bertujuan agar masyarakat di desa setempat memiliki kesadaran dalam menjaga kelestarian alam sekitar serta mengubah kebiasaan mereka menjadi masyarakat yang mampu hidup secara mandiri tanpa harus melakukan perusakan hutan," ujarnya.

Setidaknya, kata dia, kebiasaan masyarakat melakukan pembalakan liar atau penebangan hutan secara sembarangan dapat diminimalkan.

Apabila rencana tersebut berhasil, katanya, kawasan hutan di Pegungungan Muria akan terjaga dan bencana alam bisa dicegah.

"Kami persilakan warga mengajukan sesuai dengan potensi usaha yang ada di desa ini, karena kami siap membantu dari sisi sosial ekonominya," ujarnya.

Dalam waktu dekat, katanya, Bank Jateng Cabang Kudus akan meminta masukan sesuai kondisi geografis, kemauan, dan kemampuan masyarakatnya sebelum mengucurkan kredit permodalan.

Kabid Peternakan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus Sa`diyah mengaku siap mengupayakan kegiatan yang mendukung program pembentukan desa hayati.

"Kami akan mengusulkan program terpadu hutan dan ternak tahun 2011, setelah sebelumnya juga diusulkan untuk Desa Tanjungrejo (Kecamatan Jekulo) dan Kandangmas (Kecamatan Dawe)," ujarnya.

Asisten Perhutani/Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Muria Patiayam Darsiwan mendukung rencana pembentukan desa hayati.

Ia mempersilakan warga menanam jenis tanaman rumput di bawah tanaman keras yang ada di areal hutan. "Dengan catatan tidak boleh mengolah lahan secara intensif," ujarnya.

Kepala Seksi Evaluasi pada Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun Supriyono menyarankan sebelum dibentuk desa hayati, terlebih dahulu dibentuk demplot desa hayati untuk memberikan contoh nyata kepada warga.

Demplot pengolahan lahan, katanya, dapat dilakukan di atas areal seluas satu hektare.

"Kami khawatir, jika langsung diterapkan di masyarakat banyak yang tidak memahaminya, sehingga sulit menerapkannya," ujarnya.

Dengan adanya konsep awal pembentukan desa hayati, katanya, target percepatan penghijauan dapat terealisasi.

Selain itu, kata dia, aspek kelembagaan sebagai wadah untuk mengorganisir masyarakat juga perlu disiapkan, agar kegiatannya maksimal dan tidak terkesan formalitas saja.

(KR-AN/B015/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011