Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan akan mengurangi bobot cabai dalam penghitungan laju inflasi bulanan apabila harganya melambung seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Mungkin bobotnya dikurangi, karena suplainya tidak ada, masa bobotnya segitu. Selama ini juga begitu. Cuma karena harga cabai menjadi berita itu seolah-olah biasa saja. Padahal dalam perhitungan selalu kalau harga tinggi sudah pasti perhitungan komoditas apapun volumenya berkurang," ujarnya seusai rapat koordinasi di Jakarta, Jumat malam.

Ia mengatakan harga cabai akan tetap dihitung dalam penghitungan laju inflasi bulanan karena apabila dihilangkan, bisa memancing komoditas pangan lainnya untuk dikeluarkan dalam hitungan tersebut dalam kondisi serupa.

"Kalau cabai dihilangkan nanti giliran bawang merah naik itu bagaimana, apakah nanti dihilangkan juga, lalu inflasi menggambarkan apa," ujarnya.

Rusman memastikan BPS akan selalu melakukan "update" perkembangan harga komoditas pangan melalui survei terbaru untuk membantu mengawasi laju inflasi.

"Di-`update` juga bukan berarti pakai `exercise` tapi pakai survei. Nah bulan Desember kemarin kita sudah survei dan kenyataannya memang rumah tangga mengurangi (konsumsi cabai)," ujarnya.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati juga menambahkan BPS akan mengkaji ulang bobot harga cabai dalam laju inflasi.

"Akan di-`review`. BPS berjanji untul me-`review` kembali. Kan begini, `bundle of commodity` (kelompok komoditas) kan selalu di-`review` konsistensinya, trus di-review juga, memang layak nggak sih," ujarnya.

Menurut dia, laju inflasi berdampak cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat sehingga BPS sudah seharusnya mengkaji ulang bobot cabai dalam perhitungan inflasi.

Dengan adanya perubahan perhitungan teknis inflasi, Anny mengharapkan, nantinya laju inflasi akan lebih mencerminkan kondisi kelompok komoditas yang sesungguhnya.

"Soal statistik itu kan kalau ada `outlayer`, data yang tiba-tiba naik tiba-tiba turun kalau kita menjalankan model, itu bisa membalikan isyarat," ujarnya.
(S034/Y006/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011