Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono menawarkan investor China untuk menanamkan modal dan membangun industri berbasis sumber daya alam di Papua dan Papua Barat.

"Permintaan Wapres dimaksudkan agar investor tidak saja hanya memanfaatkan kekayaan alam saja, tapi juga bisa membangun infrastruktur agar bisa terintegrasi dengan industri lain," kata Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat kepada pers di Istana Wapres Jakarta, Jumat.

Hal tersebut dikemukakan Yopie usai pertemuan Wapres Boediono dengan Ketua "State Development and Investment Corporation" (SDIC) China Wang Hui Sheng. Dalam pertemuan itu, Wapres didampingi Kepala BKPM Gita Wirjawan.

Investor milik pemerintah China tersebut selama ini menjadi ujung tombak China dalam melakukan investasi di bidang pelabuhan, tenaga listrik, serta industri, kimia.

Yopie mengatakan, SDIC dalam rencana investasi di Indonesia akan lebih fokus ke Provinsi Papua dan Papua Barat.

Dikatakan, perusahaan China tersebut sangat tertarik dan sedang merancang beberapa alternatif untuk menanamkan modal di dua provinsi tersebut.

"Wapres menyambut baik keinginan perusahaan China tersebut dan wapres minta bangun industri berbasis sumber aya alam, karena di Papua sumber daya alam melimpah," kata Yopie.

Permintaan Wapres tersebut, kata Yopie, agar pembangunan infrastruktur bisa terintegrasi dan bisa memberikan hasil bagi industri yang lain.

Berbagai alternatif investasi yang bisa dibangun di dua provinsi itu adalah pembangunan pembangkit listrik di aliran Sungai Mamberamo.

"SDIC segera kembali ke Beijing untuk melakukan studi dan akan langsung mengirim tim teknis untuk mengkaji berbagai alternatif yang bisa dikerjakan di Papua," katanya.

Keinginan SDIC menanamkan modalnya ke Indonesia, kata Yopie, karena mereka menilai iklim investasi yang kondusif, keamanan membaik, peraturan pemda kondusif, disamping makro ekonomi yang stabil.

Untuk mempercepat keinginan SDIC, kata Yopie, Wapres minta agar melakukan koordinasi dengan BKPM agar dapat terintegrasi dengan baik.(*)
(T.A025/a032/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011