Semarang (ANTARA News) - Enam tongkang yang mengangkut balok kayu dan minyak goreng beserta dua tug boat (penarik tongkang) terdampar di perairan tidak jauh dari permukiman Tambakmulyo, Kelurahan Tanjungemas, Semarang Utara, Jateng.

"Selasa pagi, satu tongkang sudah ada yang ditarik karena sudah hanyut sampai tepi. Jadi sejak semalam, tongkang-tongkang tersebut terdampar saat gelombang tinggi," kata Mashur (40) nelayan warga Tambakmulyo, di Semarang, Selasa.

Mashur mengatakan, Selasa dini hari terjadi badai dua kali sekitar pukul 02.00 WIB dan pukul 03.30 WIB yang tinggi gelombangnya mencapai lebih dari tiga meter dengan kecepatan angin sekitar 100 kilometer per jam.

Ia memperkirakan tongkang dan tug boat yang terdampar tersebut baru akan dapat merapat setelah ada ombak pasang sekitar pukul 23.00 WIB hingga 24.00 WIB. Jika kondisi gelombang terus tinggi, maka tongkang dan tug boat tersebut akan sulit merapat.

Bukan hanya tongkang dan tug boat yang terdampar, tetapi ratusan nelayan dari Kabupaten Kendal juga terdampar di daerah Tanjungemas. Ratusan nelayan dengan 10 perahu tersebut terpaksa harus merapatkan perahunya tidak jauh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambaklorok, karena tidak dapat kembali ke Kendal.

"Sudah seminggu terdampar di sini, tidak berani pulang karena ombak tinggi," kata Rudi Hartono (34) warga Bandengan, Kabupaten Kendal, yang ditemui tengah ngobrol di ujung perahu bersama nelayan yang lainnya.

Rudi mengatakan dirinya bersama nelayan yang lain tidak dapat berbuat banyak jika menghadapi kondisi tersebut, kecuali hanya menunggu ketinggian gelombang aman untuk melaut.

"Ya, hanya ngobrol-ngobrol seperti ini. Mau melaut, juga taruhannya nyawa. Perahu bisa pecah terkena gelombang dan bisa tenggelam," katanya.

Akan tetapi karena tuntutan perut yang harus diisi, padahal tidak dapat melaut, maka Rudi dan teman-temannya terpaksa tetap mencari ikan tidak jauh dari pantai, sekitar satu hingga dua kilometer.

"Tidak berani jauh, jadi hanya di muara saja. Hasilnya tentu tidak banyak hanya sekitar Rp300 ribu hingga RP400 ribu. Padahal jika melaut secara normal penghasilannya minimal Rp1 juta bahkan bisa mencapai Rp3,5 juta," katanya.

Mustaqim (27), warga Karangsari, Kabupaten Kendal, menambahkan penghasilan tersebut digunakan untuk bertahan hidup selama terdampar dan belum bisa melaut. Cuaca diperkirakan kembali membaik sekitar Februari 2011.

(ANT/S016)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011