Jakarta (ANTARA News) - Selasa dini hari (14/12) dikala hampir semua masyarakat masih terlelap dalam tidurnya, enam orang yang satu diantaranya wanita berjalan dengan tegap dengan membawa perbekalan yang cukup banyak di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Dia adalah Ardeshir Yaftebbi, Fajri Al Luthfi, Martin Rimbawan, Nurhuda, Iwan Irawan dan Gina Afriani. Mereka adalah pendaki muda yang dibebani tugas untuk menyelesaikan program Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits Expedition).

Sebetulnya pendakian yang dilakukan bukan yang pertama, namun yang keempat dari tujuh pendakian yang telah direncanakan. Adalah Puncak Aconcagua (6.962mdpl) di Argentina yang menjadi sasaran. Puncak tertinggi di Amerika Selatan itu harus dicapai demi menancapkan Merah Putih.

Setelah terbang menuju Buenos Aires kurang lebih memakan waktu satu hari satu malam dan sebelumnya transit di Qatar, seluruh rombongan yang terdiri enam pendaki inti, tiga jurnalis dan seorang manajer tiba di Negeri Maradona itu.

Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan bus hingga di kota terakhir di kaki Puncak Aconcagua. Dari kota yang bernama Puente Del Inca inilah tim 7 Summits akan mencoba menggapai titik tertinggi Amerika Selatan, Aconcagua (6.962 mdpl).

Jumat (17/12) waktu setempat, tim bergerak dari Mendoza menuju Puente Del Inca menggunakan bus yang disediakan pihak agency. Kekaguman para pendaki akan bentang alam selama menuju Puente Del Inca, digambarkan dengan baik oleh komandan operasi tim 7 Summits, Nurhuda.

"Bus yang kami tumpangi melaju di sebuah lembahan besar, dengan aliran sungai di sebelah kanan. Beberapa kali kami melihat perahu-perahu karet mengarungi sungai dari arah berlawanan," tulisnya dalam laporan via surat elektronik kepada Sekretariat tim 7 Summits, Sabtu (18/12).

Setelah berjalan beberapa jam tim akhirnya di Pegunungan Andes.

Di ketinggian 2.700mdpl udaranya cukup dingin dan tekanan angin yang cukup kencang. Di tempat itulah seluruh pendaki mulai membutuhkan jaket wind breaker karena suhu maam hari mencapai 10 derajat celcius.

Di Puente Del Inca, Ardhesir Yaftebi, Iwan Irawan, Nurhuda, Fajri Al Luthfi, Gina Afriani, Martin Rimbawan, dan empat orang lainnya akan beristirahat sebelum memulai pendakian ke Confluencia (3.300 mdpl), kemarin, Sabtu (18/12). Rencananya, pergerakan sejauh 9 kilometer ini akan dimulai pada pukul 11.00 waktu setempat.

Namun sebelum menuju Confluencia, tim berencana untuk mengunjungi in memoriam Norman Edwin, seorang penggiat alam terbuka dari Mapala UI yang meninggal ketika hendak mencapai puncak Aconcagua.

Waktu pendakian kembali tiba, tim yang dimanajeri Yoppi R Saragih mulai meninggalkan Puente Del Inca menuju Confluencia. Jalan yang dilalui relatif landai yaitu berupa gurun, kering, dan berangin hingga tiba di Confluencia Camp (3.300 mdpl) untuk mendirikan tenda.

Setelah mendirikan tenda, tim dipanggil satu per satu untuk melakukan tes medis dan semua anggota tim dinyatakan lolos untuk terus melakukan pendakian.

Keesokan harinya, Minggu (19/12), tim akan memulai proses aklimatisasi atau penyesuaian dengan ketinggian tepatnya di Plaza Francia pada ketinggian 4.000 mdpl. Proses aklimatisasi ini akan terus berlanjut ke Plaza de Mulas, Plaza Canada.

Tiba di Plaza de Mulas (4.260 mdpl), semua pendaki tidak langsung melanjutkan perjalanan. Mereka istirahat selama satu hari guna memulihkan kondisi. Selain itu di pos ini semua pendaki harus kembali menjalani tes kesehatan.

Meski beberapa pendaki mengalami penurunan kondisi, namun tidak memmpengaruhi tes kesehatan yang dilakukan oleh petugas di lapangan. Semua pendaki dan tim pendukung dinyatakan lolos untuk melanjutkan pendakian.

Perjalanan kembali dilanjutkan, hanya saja setelah melakukan diskusi dengan pemandu perjalan jalur yang dilalui berubah. Awalnya, tim berencana menggunakan Camp Berlin sebagai Camp 3.

Namun dengan berbagai pertimbangan, tim akan menggunakan Camp Colera yang terletak sekitar 50 meter vertical di atas Camp Berlin sebagai camp ketiga. Meski terjadi perubahan, hal ini tidak merubah jadwal tim untuk melakukan summit attack, 28 Desember mendatang.

Setelah menjalani aklimatiasi dan pemulihan kondisi serta tes kesehatan, perjalananpun kembali dilakukan dan sasarannya adalah Plaza Canada. Selanjutnya tim begerak menuju Nido De Condoras dimana seluruh tim akan bermalam.

"Kami semua tetap menjaga kondisi agar tidak mendaki terlalu cepat dan sedapat mungkin mengurangi efek ketinggian. Dengan demikian, harapannya aklimatisasi bisa berjalan dengan baik. Kami mohon doanya karena setelah ini komunikasi dengan pihak lain akan berkurang seiiring dengan bertambahnya ketinggian," kata Nurhuda menambahkan.

Merah Putih

Perjalanan panjang yang berliku dan diiringi dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat mulai dari udara dingin, minimnya oksigen serta angin kencang dengan pendaki akhirnya bendera Merah Putih sukses dikibarkan di Puncak Aconcagua (6.962 mdpl) Argentina, Selasa (28/12) waktu setempat.

Puncak tertinggi di Amerika Latin terkenal ganas dibandingkan dengan puncak-puncak lainnya didunia. Butuh kondisi prima untuk mampu mencapai puncak. Selain itu penentuan waktu pendakian cukup berpengaruh dimana pendaki bisa dilakukan.

Adalah Ardeshir Yaftebbi, Martin Rimbawan dan Fajri Al Luthfi. Tiga pendaki ini merupakan yang pertama kali melakukan summits attack tepatnya puku 15.15 Selasa (28/12) waktu setempat. Bendera Merah Putih-pun dikibarkan di Puncak Aconcagua.

"Perjalanan ini benar-benar berat. Selain harus berhadapan dengan cuaca yang ekstrem kami juga harus berhadapan dengan kondisi fisik yang mulai menurun," kata Ardeshir saat dikonfirmasi.

Menurut dia, pada awalnya tim berjalan bersama, hanya saja 100 meter menjelang puncak tim mulai terpercah dan lambat laun tim terdepan mulai meninggalkan rombongan lain hingga akhirnya mampu mencapai puncak.

Pria asal Aceh itu sebetulnya diragukan untuk melakukan pendakian ke puncak tertinggi di Amerika Latin itu karena VO2 Max atau kemampuan paru-paru menyimpan oksigen paling sedikit dibandingkan dengan pendaki lain. Hanya saja, Ardeshir telah membutikkan jika dirinya mampu.

Tiga pendaki lain yaitu Iwan Irawan, Nurhuda dan satu-satunya pendaki perempuan, Gina Afriani yang belum mampu mencapai puncak Aconcagua terpaksa kembali ke pos karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Kembalinya tiga pendaki itu atas saran dari pemandu yang selama ini melakukan pendampingan. Sebetulnya mereka telah mencapai ketinggial 6.800 mdpl.

Dengan berhasilnya tiga pendaki dari tim 7 Summits Indonesia, artinya mereka telah mencapai empat dari rangkaian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.

Sukses tiga pendaki Wanadri ternyata membuat pendaki yang gagal dipendakian pertama bersemangat. Adalah Nurhuda, Iwan Irawan dan Popo Nurrakhman (Metro TV). Mereka bertekad untuk mencapai Puncak Aconcagua. Hanya saja, pendakian kedua ini tidak diikuti anggota tim inti yaitu Gina Afriani karena terkendala kesehatan.

Dengan bantuan pemandu akhirnya tepat pukul 16.00, Minggu (2/1) waktu Argentina ketiga pendaki itu sukses mencapai Puncak Aconcagua. Dengan demikian ada enam pendaki yang sukses dan satu diantaranya adalah seorang jurnalis.

Setelah mencapai puncak ketiga pendaki itu langsung turun di Camp 3 Cholera diketinggian 5.950 mdpl. Selanjutnya, semua pendaki yang telah sukses mencapai puncak tertinggi di Amerika Latin itu akan turun ke Camp 2 Plaza de Mulas diketinggian 4.300 mdpl.

Di Camp 2, mereka bermalam dan satu hari berikutnya, Selasa (4/1) waktu Argentina akan turun dan bergabung dengan tim yang lain, yang telah menunggu di Puente del Inca. Selanjutnya seluruh tim akan bergeser ke Mendoza.

"Terima kasih sebesar-besarnya pada seluruh saudaraku yang turut mendoakan keberhasilan ekspedisi ini. Mohon terus dukungannya sampai kami tiba kembali di Tanah air tanggal 10 Jan nanti," kata Ardeshir menambahkan.

Tiba di Tanah Air

Setelah hampir sebulan meninggalkan Tanah Air dan keluarga, rombongan tim pendaki akhirnya tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Senin (10/1) sekitar pukul 23.00 WIB dengan menggunakan penerbangan Qatar Airways.

Rombongan yang tiba melalui terminal dua itu itu dipimpin langsung oleh manajer tim Yoppi R Saragih. Dengan menggunakan ikat kepala bewarna oranye (ciri khas Wanadri) mereka tetap berjalan dengan tegap sama sewaktu keberangkatan.

Yang membedakan adalah sambutan baik dari keluarga pendaki mampun dari Wanadri. Tangis haru kebanggaan merebat ketiga rombongan pendaki masuk ke Terminal tiga dimana penyambutan seremonial dilakukan.

Keluarga yang menunggu sejak pukul 19.00 WIB terlihat langsung berbaur dengan pendaki yang baru tiba. Mereka langsung berpeluk satu dengan yang lain termasuk dengan keluarga masing-masing pendaki. Tidak ketinggalan dari keluarga besar Wanadri.

Penyambutan juga langsung dilakukan oleh Ketua umum Seven Summits Expedition, Endriartono Sutarto beserta jajaran panitia yang selama ini mendukung penuh kegiatan pendakian.

Tangis haru dan kebanggaan memang pantas diraih oleh seluruh rombongan. Untuk melakukan pendakian ke Puncak Aconcagua beberapa rintangan telah terjadi. Apagi puncak tertinggi di Amerika Latin itu terkenal dengan kondisi cuaca yang ekstrem yang mengancam pendaki.

"Selamat datang di Tanah Air. Hasil ini (Puncak Aconcagua red) harus dijadikan pemacu untuk mempersiapkan diri untuk pendakian berikutnya. Tantangan kedepan jelas lebih berat. Untuk itu, harus dipersiapkan dengan baik," kata Endriartono di sela penjemputan tim di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Menurut dia, selain melakukan latihan yang keras, dukungan semua pihak mulai dari keluarga hingga sponsor sangat dibutuhkan. Dengan adanya kerja sama yang baik pihaknya optimistis "Seven Summits Expedition" akan tuntas sesuai dengan jadwal.

Pendakian ke puncak Aconcagua adalah yang terberat bagi tim yang didukung oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Telkomsel, Tugu Pratama, Pertamina, Eiger dan PT Timah itu.

Setelah sebelumnya keenam pendaki berhasil mengibarkan Merah Putih di puncak Ndugu-Ndugu (Austronesia), Kilimanjaro (Afrika) dan Elbrus (Rusia) sepanjang 2010 lalu.

Dalam rangkaian pendakian ke tujuh puncak tertinggi di tujuh benua, tim Seven Summits Expedition masih harus melakukan pendakian ke Puncak Denali/Mc Kinley (6.194 mdpl) medio Mei-Juni nanti.

Selanjutnya seluruh pendaki diagandakan melakukan pendakian ke Puncak Vinson Massif (4.897 mdpl) di Antartika pada pertengahan November-Desember 2011 dan sasaran terakhir adalah Puncak Sagarmatha/Everest (8.850 mdpl) di Nepal pada pertengahan April-Mei 2012.
(ANT/A024)

Oleh Bayu Kuncahyo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011