Kunduz (ANTARA News/Reuters) - Polisi Afghanistan mengatakan sekitar 40 gerilyawan Taliban telah menyerah Selasa setelah operasi militer di utara yang makin sengit, tapi kelompok Islam garis keras itu mengatakan para gerilyawan tersebut adalah penipu.

Kepala polisi provinsi Kunduz Sayed Rahman Sayedkheli menyatakan penyerahan diri gerilyawan, di distrik Imam Saheb, dekat perbatasan dengan Tajikistan itu merupakan kemenangan kecil di wilayah tempat Taliban telah melakukan serangan.

"Operasi itu berhasil secara luas dan keputusan mereka untuk menghentikan perang tentu akan membantu meningkatkan keamanan," ia mengatakan pada Reuters.

Kekerasan di Afghanistan berada pada tingkat terburuknya sejak tergulingnya pemerintah Taliban pada 2001, dan utara menghadapi ketidakstabilan yang meningkat ketika gerilya meluas di tempat-tempat yang sebelumnya damai.

Pemimpin kelompok itu, yang memutuskan untuk minta pengampunan dari pemerintah, Mullah Mohammad Gul, menyatakan orang-orangnya telah "dikhianati oleh Al Qaida dan pejuang asing lainnya".

"Mereka telah melarikan diri dari Afghanistan dan meninggalkan kami tanpa bantuan," ujarnya pada Reuters di sebuah kompleks temoat mereka menyerahkan senjata mereka.

Seorang jurubicara Taliban mengesampingkan pernyataan itu.

"Mereka bukan anggota-anggota sejati Taliban karena pejuang Taliban yang sebenarnya tidak akan pernah menyerah pada pemerintah. Jika ada yang melakukan demikian itu, mereka akan dihukum mati," tegas Zabiullah Mujahid pada Reuters melalui telpon dari sebuah tempat yang tak diungkapkan.

Memikat gerilyawan merupakan bagian dari setrategi Barat untuk membalikkan perang terhadap gerilyawan, dengan menggunakan bujukan seperti pelatihan kerja, program melek aksara dan proyek pembangunan untuk berupaya dan membujuk mereka agar menghentikan perang.

Program itu masih dalam tahap awalnya dan beberapa pengamat mengatakan sering sulit untuk membedakan antara gerilyawan tak sah dan yang sebenarnya.

Serangkaian serangan belum lama ini di sekeliling negara itu telah membantu menghilangkan harapan akan peredaan dalam pertempuran pada musim dingin. Beberape pengamat mempertanyakan apakah fokus Pasukan Bantuan Keamanan Interasional (ISAF) pimpinan NATO di provinsi Helmand dan Kandahar di Afghanistan selatan telah terjadi dengan pengorbanan utara.(S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011