Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Utusan khusus PBB Margaret Sekaggya tiba di Kashmir India, Rabu, untuk meninjau kondisi kerja para pejuang hak asasi manusia di wilayah Himalaya yang disengketakan itu.

Sekaggya, yang diangkat sebagai pelapor khusus PBB mengenai keadaan pembela hak asasi manusia pada 2008, mengatakan, ia akan mengajukan laporan ke Dewan HAM PBB setelah misi pencari fakta dua hari di Kashmir.

Utusan PBB itu mengatakan kepada wartawan di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir, ia akan memberikan laporan "mengenai tantangan yang dihadapi pembela HAM dan membuat rekomendasi untuk memperbaiki tugas mereka"

Sekaggya adalah utusan kedua PBB yang mengunjungi Kashmir sejak 2008 ketika aktivis HAM Pakistan Asma Jahangir datang ke wilayah Himalaya tersebut.

Sekaggya, seorang pengacara dari Uganda, mengatakan, ia bertemu dengan sejumlah korban tindakan yang diduga pelanggaran HAM setelah berada di Srinagar.

Lawatan utusan PBB itu dilakukan kurang dari sepekan setelah New Delhi mengumumkan rencana untuk mengurangi pasukan keamanan hingga seperempat di Kashmir, untuk memudahkan kondisi penduduk setempat di salah satu daerah dunia yang dijaga paling banyak pasukan itu.

Kunjungan itu juga dilakukan menjelang pertemuan para pejabat India dan Pakistan yang diperkirakan berlangsung sela-sela pertemuan komite tetap Perhimpunan Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) pada 6-7 Februari di Thimphu, ibukota Bhutan.

Pertemuan itu akan berusaha menghidupkan lagi proses perdamaian yang macet antara kedua negara bertetangga yang berkekuatan nuklir itu.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011