kesenian di Aceh yang hampir hilang keasliannya tari likok pulo
Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh menggelar Festival Likok Pulo untuk melestarikan tarian tradisional di tengah pesatnya budaya modern.

Kepala Bidang Bahasa dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Nurlaila Hamjah di Banda Aceh, Sabtu, mengatakan selain melestarikan tarian tradisional, festival tersebut juga mengenalkan Tari Likok Pulo ke nusantara dan dunia internasional.

"Festival Likok Pulo 2021 digelar 9 hingga 10 Oktober mendatang. Festival digelar secara virtual, mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung," kata Nurlaila Hamjah.

Nurlaila mengatakan Aceh memiliki kekayaan akan khazanah budaya dan seni tradisional warisan indatu. Di antaranya kesenian di Aceh yang hampir hilang keasliannya yang tari likok pulo dari Pulo Aceh, Aceh Besar.

Dalam perkembangannya, kata Nurlaila, tarian ini masih kurang dikenal dibandingkan dengan tari tradisi Aceh lainnya. Padahal, tarian ini memiliki potensi menjadi daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke provinsi ujung Pulau Sumatra tersebut.

Baca juga: 12 karya seni Aceh jadi warisan budaya nonbenda

Baca juga: Banda Aceh rancang qanun cagar budaya untuk melindungi situs sejarah
Menurut Nurlaila, dengan kondisi pandemi COVID-19 sekarang ini, ketika masyarakat banyak mengisi waktu luangnya menggunakan sosial media, maka menjadi waktu tepat memperkenalkan Tari Likok Pulo secara luas.

"Tarian ini sudah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai warisan budaya tak benda. Karenanya menjadi tugas kita memastikan tarian ini terus berkembang dan semakin populer di tengah-tengah masyarakat," kata Nurlaila.

Nurlaila Hamjah mengatakan Festival Tari Likok Pulo merupakan ajang perlombaan antarsanggar se-Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya serta untuk mempererat silaturahim seniman dan pelaku seni tradisi.

"Kami mengundang komunitas,sanggar seni di Banda Aceh, Aceh besar dan sekitarnya untuk ikut serta dalam ajang Festival Likok Pulo 2021 ini," kata Nurlaila Hamjah.

Tari Liko Pulo diciptakan Syech Ahmad Badrun, ulama Arab yang berdagang ke Aceh pada 1845. Tarian ini menggunakan potongan kayu berbentuk bulat yang dimainkan para penari.

Baca juga: Akademisi: keaslian tarian tradisional hilang akibat dimodifikasi

Baca juga: Gubernur: Aceh kaya ragam budaya dan seni

 

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021