Jakarta, 31 Januari 2011 (ANTARA) - Di Rumah Sakit Anak dan Wanita KK, seorang anak perempuan berusia lima tahun yang mengalami kebungkukan tulang belakang parah merupakan salah satu orang pertama di kawasan Asia Tenggara yang menjalani operasi penanaman (implantasi)  "tulang rusuk titanium", yang juga dikenal sebagai Vertical Expandable Prosthetic Titanium Rib = Tulang Rusuk Titanium Prostetik  yang Bisa Diperluas (VEPTR), sebuah tulang rusuk yang bisa disesuaikan yang dirancang untuk merawat Sindrom Kekurangan Thoracic (SKT) bagi para pasien yang rangka tulangnya belum matang.

     Sindrom Kekurangan Thoracic merujuk kepada ketidakmampuan dada untuk mendukung pertumbuhan normal para-paru atau tulang belakang. Dibuat dari titanium, alat berupa tongkat itu diletakkan secara vertical antara tulang rusak untuk menyangga dinding dada tetap mampu melebar. Dibelokkan untuk menyegarkan belakang tulang dada dan tulang belakang, tongkat itu membantu tulang belakang menjadi lebih tegak dan alat ini memungkinkan paru-paru tumbuh dan mengisinya dengan udara yang cukup untuk dihirup. Alat itu dapat lebih dibuat panjang menyesuaikannya dengan saat badan anak-anak tumbuh besar.

     Pemanfaatan alat itu melintas dalam pikiran  Dr Kevin Lim, Konsultan Senior Departemen Operasi Ortopedi KKH saat ia melihat seorang anak berusia lima tahun Alice Tan, yang didiagnosis mengalami penyakit scoliosis bawaan sejak lahir. Pada saat Alice berusia dua tahun, ia berjuang untuk berjalan dan berdiri dengan tegak dan segera terengah-engah kehabisan nafas dengan cepat. Menurut ibunya, "Badan anak saya sejak itu bungkuk. Beruntung, seorang kawan merekomendasikan agar saya memeriksakannya ke KKH yang dikenal dengan keahlian dan pelayanan medisnya yang bermutu tinggi."

     Alice kemudian melakukan perjalanan dari daerahnya di Kuching, Sarawak, Malaysia ke Singapura pada November 2007. Dr. Lim mengingat ketika memeriksanya pertama kali dengan mengatakan, "Jelas ada cacat pada tulang belakangnya namun hanya setelah kami memeriksa dengan sinar X kami menyadari betapa parahnya kebungkukan itu. Badannya membungkuk dengan bentuk huruf S secara jelas dan alami serta kemungkinan ini merupakan kasus penyakit scoliosis bawaan terburuk yang pernah saya lihat selama ini."

     Walaupun Alice memiliki sejumlah tulang rusuk yang normal di satu sisi, kebanyakan tulang rusuknya di sisi yang lain mengalami penyatuan. Tulang-tulang rusuk itu sepertinya tidak akan tumbuh bersamaan dengan tulang rusuk yang berada di sisi "baik" itu dan diperkirakan akan memperburuk kebungkukan tulang belakangnya pada waktu selanjutnya. Terlebih lagi, terdapat sejumlah "setengah tulang", sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tulang yang tidak sepenuhnya berkembang. Namun, ada hal lainnya lagi yang lebih memprihatinkan.
 
     Dr Lim menyatakan, "Tulang belakang yang berbelok itu saja sudah mengancam kehidupannya, namun dalam kasus Alice, tulang itu bahkan menembus rongga dada. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada paru-parunya sehingga kapasitas paru-paru menjadi sangat terbatas. Hal itu berpotensi sangat fatal. Segera, saya memikirkan perawatan baru yang ideal untuk gadis kecil ini."

     Walaupun VEPTR pada saat ini belum tersedia, Dr Lim menempatkan Alice dalam daftar tunggu, yang siap kapanpun dipanggil saat alat itu tiba.
 
     "Kita dapat melakukan prosedur operasi pembedahan lainnya dengan menggunakan penanaman yang berbeda namun cara itu hanya mengatasi masalah tulang belakangnya dan tidak rongga dadanya yang makin terbenam. Cara itu merupakan pilihan kedua terbaik namun agak berjarak juga. Jadi kita sepakat untuk menunggu," ungkap Dr Lim.

     Saat tulang belakang titanium sudah tersedia di KKH pada minggu pertama Agustus 2010, Alice bergabung dengan dua anak-anak lainnya yaitu seorang anak perempuan berusia 14 bulan dan anak laki-laki berusia dua tahun - yang merupakan anak-anak pertama di kawasan Asia Tenggara yang ditanam VEPTR.

     Selama operasi empat jam untuk Alice, sejumlah pemisahan dibuat di antara tulang rusuk yang bergabung untuk menyebarkannya dan menjadikan dada menjadi lebih besar, yang dirujuk sebagai thoracustomy yang diperluas.

     Penegakan tulang dicapai dengan menempelkan dua tongkat: tongkat pertama kepada tulang rusuk yang sehat di atas dan di bawah curve (konstruksi tulang ke tulang rusuk) dan tongkat kedua Ke tulang rusuk yang sehat di atas dan ke tulang belakang di bawah curve (konstruksi tulang rusuk ke tulang belakang). Seorang pasien lainnya memiliki konstruksi tulang rusuk ke tulang rusuk tunggal sementara pasien terakhir membutuhkan konstruksi tulang rusuk ke pelvis pada setiap sisi.

     Tujuan VEPTR adalah untuk membuat satu (atau kedua) sisi dada semakin besar panjang dan lebih normal bentuknya sehingga dapat memberikan lebih banyak ruang bagi paru-paru untuk berkembang dan tumbuh.

     Sebuah dada yang lebih tegak dan besar dapat juga membantu tulang belakang yang abnormal tetap setegak mungkin sementara pertumbuhan tulang belakang terus berlangsung.

     Masa perawatan Alice selama satu minggu tanpa insiden berarti namun menurut Dr Lim ia akan dicek ulang setiap enam sampai sembilan bulan untuk memperpanjang alatnya sehingga mampu mengakomodasi tubuhnya yang tumbuh besar. Hal itu akan terus berlanjut sampai usianya mencapai 12 tahun.
 
     Dr Lim menjelaskan,"Kami menginginkan torsonya tumbuh sebaik mungkin sebelum memindahkan alat itu dan melakukan operasi pembedahan penggabungan tulang belakang terakhir yang akan menggabungkan tulang punggungnya. Penting untuk tidak menggabungkan tulang belakang pada saat anak masih sangat muda."

     Ibu Alice dengan besar hati mengatakan, "Kepala dan badan anak saya lebih tegak dan tidak mengalami kemiringan ke satu sisi yang begitu parah. Saya sangat bahagia anak saya kini dapat melakukan hal-hal seperti layaknya anak lain seusianya lakukan."

     Mengenai scoliosis pada anak-anak
     Dua sampai tiga dalam 100 anak akan menderita berbagai macam scoliosis.
     Scoliosis kerap hadir dengan sendirinya atau bahkan memburuk pada masa remaja. Scoliosis idiopatik (yang sebabnya tidak diketahui) merupakan bentuk umum yang diderita anak anak yang disub-klasifikasikan sebagai bayi (mulai usia di bawah 4 tahun), anak-anak (berusia mulai 4 sampai 9 tahun), remaja (10 tahun atau lebih). Dari masa itu, scoliosis idiopatik pada remaja (10 tahun atau lebih) merupakan sub-grup yang paling umum; lebih umum menimpa  para wanita dibandingkan pria. Dari pengamatan sinar X, selain pembungkukan tulang belakang yang abnormal, tulang belakang (tulang pada tulang belakang) adalah normal.

     Dalam scoliosis bawaan, tulang di tulang belakang mengalami kecacatan dan keabnormalan itu terjadi sejak lahir. Dari kebanyakan kasus, tulang rusuk juga tidak normal.
Scoliosos dapat disaksikan dalam kondisi-kondisi syaraf otot seperti cerebral palsy dan dystrophies otot. Ia juga dapat terjadi dalam sejumlah kasus sindrom klinis.

     Untuk keterangan lebih lanjut kontak:
 
     Ichha Oberoi
     Asisten Manajer, Komunikasi Perusahaan
     Rumah Sakit Anak dan Wanita KK
     Tel : 63942016
     Email: Ichha.Oberoi@kkh.com.sg, Media@kkh.com.sg
     Ng Mei Li
     Eksekutif Senior, Komunikasi Perusahaan
     Rumah Sakit Anak dan Wanita KK
     Tel : 63942321


Pewarta: Adityawarman
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011