Gerbang kawasan hutan adat Isyo Hills Bird Watching di Rhepang Muaif, Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (5/10/2021). ANTARA/Jafar Sidik/aa.

Awalnya ditentang

Pada 2014, dia kembali ke Papua. Hatinya pedih menyaksikan kondisi hutan Papua. Ilegal logging di mana-mana, hutan tempat keluarga besarnya berada, rusak.

Dia terpanggil, lalu memutuskan pindah ke Papua. Dia bertekad mempertahankan hutannya karena itulah harta dan kekayaan yang sebenar-benarnya.

Dia kemudian menyulap hutan adat di Rhepang Muaif untuk ekowisata, dengan tujuan menjaga habitat asli fauna, khususnya cenderawasih yang ikonik itu.

Dia bujuk dan dekati kawan seiring sekampung sampai melibatkan belasan suku bergandengan mengelola hutannya.

Dia membangun kesadaran bahwa merusak hutan dan membunuh atau menangkap satwanya untuk diperjualbelikan adalah salah besar yang malah merusak identitas Papua.

Di hutannya yang seluas 200 hektar, dia dirikan spot-spot untuk mereka yang tertarik menyaksikan langsung cenderawasih di habitat aslinya.

Mulanya ide Alex tidak diterima oleh kawan seiring di tanah bunda mengandungnya. Bahkan Sandra, putri keduanya yang lahir dan besar di Bali, awalnya tak bisa membayangkan hidup di tanah leluhurnya itu.

Sandra tadinya memiliki bayangan tak terlalu meyakinkan soal Papua. "Lalu saya melihat papa masuk teve (mendapatkan penghargaan lingkungan)," kata Sandra. "Saya jadi ingin segera ke Papua.”

Tetapi mahasiswi jurusan biologi pada Universitas Cendrawasih ini tak asing dengan ide konservasi dan kepedulian kepada alam yang ditunjukkan sang ayah.

"Karena papa selalu mengajarkan kami untuk mencintai lingkungan, mulai dari hal-hal kecil seperti jangan buang sampah sembarangan," kata Sandra.

Sejawat-sejawat Alex di kampungnya juga begitu. Mereka awalnya asing dengan ide-ide konservasi, khususnya perlindungan cenderawasih.

Baca juga: Banyak Burung Cenderawasih "menari" di Hutan Warkesi Raja Ampat

"Sebelum Alex datang, orang cukup tembak (cenderawasih), sudah dapat 250 sampai 350 ribu. Tapi setelah ada Pak Alex kami baru tahu ternyata harganya lebih tinggi," kata Paul Wouw (60), tokoh masyarakat Rhepang Muaif.

Kini Paul melihat tiada lagi orang di daerahnya yang memburu cenderawasih. "Pak Alex telah mengajarkan anak-anak muda untuk mencintai dan melestarikan lingkungan serta melindungi semua yang ada di dalamnya," kata Paul.

Salah satu anak muda yang berubah mencintai alam gara-gara gagasan konservasi alam dari Alex adalah Daud Wouw yang berusia 20 tahun.

Daud adalah satu dari enam relawan yang menemani Alex memandu pengunjung guna mengakrabi Isyo Hills yang sebagian besar dari luar negeri.

Daud bergabung dengan Alex pada 2019 setelah dibohongi majikanya yang tak menggajinya untuk pohon-pohon yang dia tebang secara liar.

Baca juga: Ingin lihat burung cenderawasih, wisatawan mancanegara ke Raja Ampat

Selanjutnya : perubahan besar

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021