"Masyarakat di Sulbar kami imbau jangan terpengaruh dengan krisis politik yang terjadi di negara Mesir dan Tunisia yang berujung pada kerusuhan dan kekacauan, karena itu tidak ada gunanya,"kata Gubernur Sulbar, di Mamuju, Selasa.
Ia mengatakan, krisis yang terjadi di negara Mesir dan Tunisia yang diprediksi juga akan terjadi di negara Lebanon dan Syiria adalah fenomena politik dunia yang tidak perlu disikapi karena tidak penting buat bangsa ini.
Menurut dia, krisis politik yang terjadi di Mesir dan Tunisia tidak usah ditiru karena juga tidak ada untungnya, justru kalau terjadi seperti itu akan sangat merugikan bangsa yang sedang dalam tahap pembangunan seperti di negara ini.
"Di negara kita sudah dua kali terjadi seperti krisis yang terjadi di Mesir dan Tunisia yakni di masa kejatuhan Presiden RI pertama, bapak Presiden Soekarno dan kejatuhan Presiden Soeharto, namun krisis itu tidak ada gunanya karena yang ada hanya kerusuhan yang merugikan masyarakat sendiri," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat di Sulbar tidak terpengaruh dengan krisis yang terjadi di Mesir dan Tunisia itu karena tidak ada gunanya dan yang terjadi justru hanya kerusuhan dan kekacauan yang merugikan setiap bangsa yang mengalaminya.
"Tidak usah nonton televisi karena nanti terpengaruh dengan krisis Mesir atau Tunisia, tidak usah ada gejolak di bangsa ini seperti itu karena itu tidak ada gunanya dan hanya akan menghancurkan pembangunan yang ada di negara ini, jadi jangan terpengaruh," katanya.
Menurut dia, masyarakat justru harus bahu-membahu bersama dengan pemerintah agar terus dapat membangun daerah, bangsa dan negara yang pembangunannya sudah mulai membaik meski pun masih banyak kelemahan dari pembangunan yang harus dibenahi bersama.
"Kita harus menghabiskan waktu untuk membangun bangsa ini tanpa gejolak politik yang hanya merugikan dan membuat pembangunan berjalan mundur seperti krisis politik di bangsa lain, bangsa ini harus kita majukan terus demi kejayaannya di masa mendatang tanpa ada gejolak," katanya. (MFH/J006/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011