Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia akan terus mengarahkan penyerapan ekses likuiditas pada instrumen moneter jangka panjang sebagai bagian strategi kanalisasi mengendalikan "hot money" atau dana-dana asing yang ditempatkan pada portofolio rupiah.

"Salah satu istilah yang tepat untuk menggambarkan upaya BI terakhir yang hanya fokus pada SBI jangka panjang yakni 9 bulan, adalah dalam upaya `kanalisasi hot money`," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Kamis.

Dijelaskannya, maksud kanalisasi hot money adalah memecah derasnya capital flows menjadi aliran-aliran kecil sehingga dibutuhkan outlet untuk menampung aliran-aliran tersebut.

Untuk dana portfolio, kata Difi saat ini sebagian besar masuk ke SUN, pasar saham dan pasar sekunder SBI yang pada ketiga outlet ini aliran dana portfolio ini saling mensubstitusi tergantung alokasi portfolio dan return (yield) yang diharapkan.

Ketiga outlet ini, lanjutnya menyediakan suplai instrumen yang dibutuhkan oleh investor yang hampir semuanya berjangka panjang dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder yang juga likuid.

"Selama antar ketiga outlet ini saling substitusi (switching) maka tekanan terhadap nilai tukar akan minimal karena transaksi adalah antar rupiah. Tekanan baru terjadi kalau investor meninggalkan ketiga outlet tersebut dan konversi ke dolar dari rupiah," katanya.

Namun, sebelum terjadi tekanan ke dolar, potensi tekanan tersebut dapat dilihat Bank Indonesia dari akumulasi dan posisi dana asing di rekening vostro bank, yakni kewajiban jangka pendek bank terhadap asing yang tidak ada underlyingnya.

Vostro menggambarkan dana asing yang "idle" di bank untuk menunggu ditempatkan di pasar uang dan modal. Disinilah letak fungsi pemantauan dan regulasi rekening vostro oleh BI dalam kaitan "kanalisasi hot money".

Selanjutnya, penyediaan SBI 9 bulan yang berjangka panjang secara efektif akan menyediakan SBI yang bisa diperdagangkan selama 8 bulan ke depan setelah dikurangi aturan "one month holding period".

Sehingga ketika investor tersebut membeli SBI yang "8 bulan" tersebut dia harus menunggu satu bulan untuk menjualnya kembali dan pada waktu dia jual kembali SBInya, maka SBI tersebut berumur "7 bulan" di pasar sekunder yakni 8 bulan dikurangi one month holding period. Demikian seterusnya sampai SBI tersebut jatuh waktu.

Dengan demikian, katanya di pasar sekunder ke depan tetap akan ada SBI yang jatuh waktunya bisa tinggal 1 bulan sampai 8 bulan. De facto, akan ada SBI yang berjangka pendek di pasar sekunder yang bisa diambil oleh investor.

"Adanya likuiditas SBI dengan tenor yang berbeda beda ini merupakan outlet ataupun kanal bagi dana portfolio, bersama SUN dan saham. Selama antar ketiganya bergerak dinamis sesuai equilibriumnya maka tekanan ke rupiah melalui outflow akan minimal," katanya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011