Teheran (ANTARA News) - Sekitar 10 aktivis atau pendukung oposisi Iran ditangkap dalam waktu dua hari menjelang peringatan revolusi Islam 1979, Jumat, demikian dilaporkan situs berita oposisi Rahesabz.

Termasuk yang ditangkap adalah Maziar Khosravi, seorang wartawan surat kabar reformis Shargh, dan aktivis mahasiswa Payman Aref, katanya, demikian AFP melaporkan.

Sebuah situs lain oposisi, Sahamnews, mengatakan, pelayanan telefon bagi pemimpin oposisi yang juga mantan ketua parlemen, Mehdi Karoubi, dan anggota keluarganya telah dihentikan.

Karoubi juga tidak diizinkan menerima tamu di rumahnya hingga Senin mendatang, katanya.

Karoubi dan pemimpin oposisi Mir Hossein Moussavi, yang juga mantan perdana menteri, telah meminta izin melakukan pawai pada Senin untuk mendukung pemberontakan di Mesir dan Tunisia, namun sejauh ini belum memperoleh tanggapan positif.

Gerakan oposisi Iran, yang memelopori protes besar-besaran setelah pemilihan kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad pada 2009, tidak terlihat mengambil bagian dalam pawai besar Jumat memperingati revolusi Islam 1979.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Dua calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karoubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel, dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011