Bogor (ANTARA News) - Pemerintah akan mengevaluasi hasil penawaran saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk yang sempat terkoreksi 6,66 persen atau dibuka pada Rp700 dari harga perdana Rp750 per lembar.

"Saya baru berbicara dengan Menteri Keuangan (Agus Martowardojo), kami akan evaluasi hasil IPO," ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa saat ditemui pada retreat BUMN di Istana Bogor, Jumat malam.

Hatta mengharapkan harga pembukaan saham per lembar bisa lebih tinggi dari harga perdana, namun dia berpendapat apabila saat ini semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar.

"Biarkanlah mekanisme pasar modal bekerja, tentu kita harapkan lebih tinggi dari itu, saya harapkan itu akan meningkat nanti," ujarnya.

Sementara, masih terkait dengan rencana penawaran saham perdana perusahaan BUMN lainnya, ia mengatakan prosesnya akan diperketat di masa mendatang terutama dalam hal transparansi dan akuntanbilitas.

"Yang diperketat itu dalam artian, jangan diartikan negatif nanti bisa diartikan orang dipersulit masuk IPO atau right issues, tidak begitu, kita memerlukan BUMN masuk pasar modal, kenapa tidak untuk memperkuat struktur permodalan tapi penting juga untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas," ujar Hatta.

Ia mengatakan transparansi dan akuntabilitas menjadi syarat penting untuk penawaran saham BUMN dalam pasar modal, untuk mencegah terjadinya gelembung (bubble).

"Karena biasanya setelah masuk pasar modal, itu mereka meningkat yield-nya karena mereka terpaksa untuk transparan dan akuntabilitasnya tinggi. Di samping tentu pasar modal kita akan semakin kuat, tidak gampang menjadi bubble," ujarnya.

Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menilai, saham BUMN Penerbangan pada perdagangan perdana (11/2) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sempat terkoreksi 6,66 persen hanya mekanisme pasar biasa.

"Itu hanya mekanisme pasar biasa, ketika suplai berlebih dan minim permintaan," kata Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan kepada pers usai menandatangani pengadaan empat pesawat Boeing 737-800NG dengan RBS Capital Aviation.

Yang terpenting bagi manajemen saat ini dan ke depan, menurut Elisa, adalah janji dan rencana bisnis Garuda sesuai prospektus yang sudah ada saat akan go public harus bisa direalisasikan.

Sementara, Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar menyatakan dana hasil penawaran saham perdana (IPO) sebesar Rp3,3 triliun akan digunakan untuk ekspansi usaha termasuk untuk meningkatkan usaha pada anak perusahaan.

"Seluruh dana yang diperoleh dari IPO sesuai prospektus digunakan untuk ekspansi, tidak untuk keperluan lain," katanya.

Namun, ia enggan menjawab mengapa investor asing enggan untuk membeli saham Garuda, karena hal tersebut merupakan kewenangan perusahaan penjamin emisi (underwriter).

"Itu tanya saja underwriter-nya, saya sudah melakukan roadshow, jadi tanya saja mereka," ujar Emirsyah.



(T.S034/B/A026/A026) 12-02-2011 04:43:03

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011