Washington (ANTARA News) - Pasar-pasar global menunjukkan persetujuan segera menyusul pengunduran diri Hosni Mubarak di Mesir,  tetapi para analis mulai mengkhawatirkan  keadaan selanjutnya karena belum  ada jalan yang jelas untuk masa depan negara itu.

Setelah tiga dekade yang relatif stabil, kurangnya kepemimpinan yang jelas dan momok ketidaksabaran yang populer dengan sebutan "transisi" membuat para analis khawatir, bahkan di tengah euforia kepergian Mubarak.

John Sfakianakis, ekonom Banque Saudi Fransi yang berbasis di Riyadh -- bagian kelompok French Credit Agricole CIB -- menyebutkan penyingkiran Mubarak berita bagus, jangka pendek, "tapi belum tentu berita sempurna."

"Jika kekerasan tak terulang,  turunnya Mubarak dapat digunakan sebagai istirahat terhadap pembukaan pasar saham, menenangkan imbal hasil obligasi dan membawa turun credit default swap," katanya seperti dilaporkan AFP.

"Tapi kalau jalanan mulai menuntut perubahan rezim dan kekerasan meletus, maka semuanya akan bertambah buruk bagi perekonomian dan reputasi Mesir."

Harga minyak global turun dan pasar saham segera naik setelah pengunduran diri Mubarak diumumkan Jumat.

Keuntungan di pasar saham Eropa dan Amerika juga dimoderasi oleh gambaran suram jalan ke depan, kata para pialang.

"Kami pikir setelah militer mengambil alih kekuasaan merupakan solusi terbaik dalam mengakhiri kebuntuan antara demonstran dan Mubarak," kata Win Thinn di Brown Brothers Harriman.

Krisis di Mesir membentangkan kekhawatiran terbesar terhadap gangguan pengiriman minyak melalui negara.

Sekitar tiga juta barel per hari melewati negara itu, sebagian besar ke arah utara Eropa. Dua juta barel melewati Terusan Suez dan jutaan lain bergerak melalui pipa Mediterania-Laut Merah.

Cermin dari kekhawatiran itu, harga Brent naik sebanyak empat dolar per barel selama protes, mencapai 102 dolar.

Analis SEB Commodity Research Filip Petersson optimis bahwa militer Mesir mungkin menjadi pengaruh menenangkan.

"Dugaan saya adalah bahwa kita akan melihat sebuah dialog yang dipimpin militer dan optimisme dalam negara itu selama beberapa minggu mendatang. Beberapa premi risiko di pasar minyak mentah kemungkinan memudar."

"Reaksi awal akan baik untuk aset berisiko -- dan ini telah terlihat di minyak, emas dan perak yang merosot dan saham yang naik," ujar analis CMC Markets Michael Hewson.

"Meskipun kerusuhan telah mereda, ujian utamanya bagaimana militer mengisi kekosongan yang diciptakan oleh tindakan ini, dan pengaruh ini terhadap selera risiko ke depan."

Sfakianakis menambahkan: "Saya pikir bahwa setelah euforia berakhir, pertanyaan yang sesungguhnya tentang apa yang akan menjadi peran tentara, kabinet dan masyarakat akan bertanya," katanya.

"Apakah ini akan menjadi transisi gaya militer Turki terhadap demokrasi atau sesuatu yang lain. Semua ini belum jelas dan investor akan mencari jawabannya."
(A026/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011