Dari pantauan ANTARA dari sekitar lokasi, Minggu, longsor terjadi di sekitar bibir puncak gunung. Lokasi longsor tidak dapat dijangkau karena berada di daerah hutan lindung dan tebing dengan kemiringan 90 derajat tetapi longsor terlihat jelas dari Muarasiban dan Dusun Janang.
"Kawasan itu sulit dijangkau meskipun dengan mendaki dan memang bukan wilayah pendakian," kata Kanit Provost Polsek Dempo Selatan Aiptu Sahidul.
Dia memperkirakan lebar longsor mencapai ribuan meter karena diamati dalam jarak 20 kilometer saja ukurannya cukup lebar dan panjang apalagi saat hujan deras terlihat dengan jelas.
"Longsor terjadi saat hujan deras yang mengguyur Pagaralam kemarin malam yang biasanya di puncak Gunung Dempo sering terjadi angin badai. Keadaan inilah biasanya banyak pohon roboh dan sering terjadi banjir bandang," ujarnya.
Ia menyatakan ada empat titik lereng Gunung Dempo yang longsor dan semua terjadi pada saat hujan deras dan dalam waktu cukup lama yakni dua lokasi di sekitar Patung Rimau ketinggian 1.900 meter dari permukaan laut, satu titik di Kampung VI selter II, dan satu titik bagian tenggara di Kelurahan Agunglawangan. .
"Tentunya perlu diwaspadi dampaknya terutama bagi warga yang berada di sekitar jalur Sungai Selangis dengan kondisi longsor cukup besar itu bisa menimbulkan banjir bandang bila musim hujan," katanya.
Slamet, Ketua Pos Pemantau Gunung Api Dempo mengatakan longsor tidak ada pengaruhnya dengan keadaan Gunung Api Dempo yang memiliki ketinggian 3.173 meter dari permukaan laut karena hal itu terjadi di sekitar puncak Gunung Dempo di ketinggian 3.150 dari permukaan laut.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Pagaralam Hasan Barin Ibnu mengatakan kemungkinan longsor di Gunung Dempo itu akibat faktor alam bukan perambahan namun untuk memastikan perlu dilakukan penelitian langsung dititik bencana alam tersebut.
Kerusakan hutan di sekitar Gunung Dempo mencapai sekitar 1.000 hektare, dari keseluruhan 5.000 hektare untuk keseluruhan di Pagaralam.
(U005*B014/B009)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
