London (ANTARA News) - Harga minyak mentah Brent melonjak melampaui 104 dolar Amerika Serikat per barel pada Senin waktu setempat, menacapai tingkat tertinggi selama lebih dari dua tahun karena meningkatnya kekhawatiran bahwa gaya kerusuhan Mesir bisa menyebar di Timur Tengah, kata para pedagang.

Dalam transaksi sore hari, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April naik menjadi 104,30 dolar, tingkat tertinggi sejak 25 September 2008. Harga minyak kemudian berdiri di 104,05 dolar, naik 3,11 dari tingkat penutupan Jumat.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, bertambah sepuluh sen menjadi 85,68 dolar per barel.

Harga Brent didukung oleh kekhawatiran pasokan di Timur Tengah karena demonstrasi di berbagai negara Arab menarik inspirasi dari pengunduran diri presiden Mesir Hosni Mubarak pada Jumat, kata analis.

Namun, harga minyak mentah New York, lebih dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI), terus ketinggalan Brent karena pasokan energi AS berlimpah.

"Pasar minyak akan terus tetap gelisah sampai stabilitas kembali ke Mesir dan ada beberapa kepastian terhadap apa yang terjadi berikutnya dalam hal menjalankan negara," kata analis Rebecca Seabury di konsultan Inggris, Inenco.

"Pasar akan menjadi khawatir tentang risiko penyebaran kerusuhan di kawasan -- mengikuti contoh Mesir."

"Mereka akan melihat untuk meyakinkan bahwa wilayah tersebut akan tetap stabil selama beberapa minggu dan bulan mendatang dan harga minyak bisa terus bergerak ke arah 110 dolar per barel sampai ini terjadi, terutama ketika faktor lain seperti dolar yang lemah, permintaan global yang lebih besar dan pasokan ketat diambil ke dalam pertimbangan."

Mubarak, yang berkuasa selama tiga dekade sebelum keluar pekan lalu, adalah pimpinan kedua yang diklaim dijatuhkan oleh pengunjuk rasa pro-demokrasi setelha Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, yang meninggalkan kantor pada Januari setelah berkuasa 23 tahun.

Pemimpin di seluruh dunia Arab telah memantau peristiwa di dua negara tersebut dengan cermat.

"Negara transisi Mesir akan sulit, namun laporan kerusuhan itu telah mendidih di eksportir minyak utama Iran serta protes biasa di Aljazair, Bahrain, dan Yaman yang lebih berhubungan langsung ke pasar minyak," kata analis di bank investasi AS JP Morgan dalam sebuah catatan kepada klien.

Di Aljazair, ratusan demonstran melemparkan batu bentrok dengan polisi di kota timur Annaba pada Minggu, sedangkan oposisi telah mengumumkan unjuk rasa anti-pemerintah besar-besaran akhir pekan depan.

Di Yaman, batu dan tongkat terbang di Sanaa pusat pada Senin karena pemrotes pro-demokrasi bentrok dengan polisi dan pendukung Presiden Ali Abdullah Saleh, kata saksi.

Di Bahrain, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan puluhan pengunjuk rasa pada Senin di desa Nuwaidrat timur, kata polisi, sehingga aparat keamanan dikerahkan di kerajaan kecil

Teluk itu menyusul untuk panggilan melaui facebook untuk sebuahn "pemberontakan" pada 14 Februari.

Dan di di Iran, polisi anti huru-hara menembakkan gas air mata dan menembakka paintballs kepada para pengunju rasa anti-pemerintah di Teheran dengan dalih unjuk rasa mendukung pemberontakan Arab, kata website dan saksi.

"Kerusuhan yang terjadi di Iran telah memburuk karena demonstran dan pasukan keamanan bentrok hari ini," tambah Seabury di Inenco.

"Ketakutan pemberontakan politik telah menghantui pasar minyak, terlebih Iran (adalah) ketua Organisasi Pengekspor Minyak Negara saat ini." (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011