Jakarta (ANTARA News) - New7Wonders Foundation, lembaga yang sedang merangking untuk memilih 7 keajaiban dunia, diduga sedang kesulitan untuk mendapatkan negara yang bersedia menjadi tuan rumah atau host untuk acara final mereka pada 11 November 2011 mendatang.

"Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk berpikir jernih bahwa dengan adanya upaya `pemaksaan` Indonesia menjadi tuan rumah acara pengumuman New7Wonders (N7W) beberapa waktu lalu ada sesuatu di belakang ini semua," kata Kepala Badan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, I Gde Pitana, ketika menghubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Pitana menduga yayasan yang berkedudukan di Swiss itu sedang kesulitan mendapatkan negara yang bersedia menjadi tuan rumah untuk pengumuman acara kampanye N7W yang akan digelar 11 November 2011.

Menurut dia, lembaga tersebut juga patut diduga belum sepenuhnya diakui dan diterima oleh dunia sebagai lembaga yang mampu menarik perhatian masyarakat internasional seperti halnya penyelenggara acara kelas dunia lain seperti FIFA World Cup, Olimpiade, Sea Games, ASEAN Games, dan lain-lain.

"Sampai sekarang saya belum mendengar negara mana yang telah memenangkan bidding untuk menjadi host pasca-Indonesia menyatakan diri menolak," katanya.

Pitana yang pernah menjabat sebagai Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar mengaku bukan hanya sekali dua kali mendapatkan tawaran untuk menjadi tuan rumah acara tertentu seperti Grammy Award Bollywood India.

"Kita pernah ditawari menjadi tuan rumah acara Grammy Award Bollywood tapi karena dana yang diperlukan bisa mencapai Rp7 miliar pada 3 tahun lalu maka saya pikir masih ada cara lain yang lebih efektif untuk menggunakan dana sebesar itu untuk keperluan promosi pariwisata," katanya.

Pihaknya juga pernah mendapat tawaran dari asosiasi lain untuk mengadakan hal serupa yang ketika dikalkulasikan ternyata berada di luar jangkauan anggaran Pemerintah.

"Sudah banyak yang kita tolak, bukan karena tanpa pertimbangan tapi setelah melalui perhitungan yang matang. Namun anehnya yang tampak terlampau `menyerang` kita adalah New7Wonders," katanya.

Sebelumnya Kemenbudpar menolak menjadi tuan rumah acara final N7W karena alasan finansial yang mengharuskan Indonesia menyetor lisence fee 10 juta dolar AS hingga penyediaan fasilitas pendukung yang totalnya diperkirakan mencapai 45 juta dolar AS atau sekitar Rp405 miliar.

Menurut Pitana, biaya itu tidak sebanding dengan potensi yang akan didapatkan Indonesia di samping dana tersebut juga terlalu besar bila dialokasikan hanya untuk satu kepentingan semata.

Ia juga mempertanyakan ada kesan "ngotot" dari President & Founder N7W, Bernard Weber, untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah acara tersebut.

"Kalau Indonesia menolak bukankah masih ada 28 negara lain yang salah satu destinasinya menjadi finalis acara tersebut," katanya.

Ia mengajak masyarakat di Tanah Air untuk berpikir jernih salah satu karena jika lembaga tersebut memang benar-benar bonafid hampir pasti bidding untuk acara puncaknya telah menjadi ajang rebutan bahkan bertahun-tahun sebelum acara digelar seperti halnya FIFA World Cup.

(H016/B013/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011