London (ANTARA News) - Harga minyak Brent melonjak melampaui 104 dolar Amerika Serikat per barel pada Rabu waktu setempat, setelah Israel mengumumkan bahwa Iran telah mengirimkan dua kapal perang ke Laut Mediterania dalam perjalanan mereka ke Suriah.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April meroket setinggi 104,07 dolar dalam transaksi di London sore. Brent kemudian berdiri di 103,76 dolar, naik 2,12 dolar dari tingkat penutupan Selasa, demikian AFP melaporkan.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Maret, yang lebih dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI), melonjak 1,18 dolar menjadi 85,50 dolar per barel.

Menteri luar negeri Israel, Rabu mengatakan bahwa Iran sedang mengirim dua kapal perang ke Laut Mediterania, dan menyebut tindakan itu sebuah "provokasi" terhadap negara Yahudi yang tidak bisa diabaikan selamanya.

"Malam ini dua kapal perang Iran yang seharusnya untuk menyeberangi Terusan Suez ke Laut Mediterania dalam perjalanan mereka ke Suriah," kata Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman.

"Masyarakat internasional harus memahami bahwa Israel tidak bisa mengabaikan provokasi ini untuk selamanya," katanya.

Analis Sucden, Myrto Sokou mengatakan berita itu dengan segera mendorong sebuah rally di pasar minyak internasional.

"Harga minyak mentah menguat pada sesi siang hari, harga minyak mentah WTI naik ke 86 dolar dan minyak Brent melonjak di atas 104 dolar, menyusul berita bahwa dua kapal perang Iran telah merencanakan untuk transit melalui Terusan Suez ke Laut Mediterania dan mencapai Suriah hari ini, menurut menteri luar negeri Israel," kata Sokou kepada AFP.

"Penyebaran berita itu memperbaharui kekhawatiran di seluruh wilayah Timur Tengah, dengan potensi gangguan serius di Terusan Suez mendorong harga minyak naik."

Harga minyak telah meningkat selama beberapa minggu terakhir di tengah kekhawatiran pasokan di kawasan labil karena para demonstran turun ke jalan meminta pemimpin mereka mundur, dengan presiden Mesir dan Tunisia dipaksa keluar.

Demonstrasi telah menyebabkan gerakan serupa di negara-negara Arab lainnya, termasuk Iran, Yaman dan Bahrain, menarik inspirasi dari keberhasilan di kedua negara tersebut (Tunisia dan Mesir).

Kenaikan harga "masih berkaitan dengan tingkat rendah, untuk sekarang, penyebaran kerusuhan di Timur Tengah dan Afrika Utara," kata analis Westhouse Securities David Hart.

"Selama protes berlanjut di Iran, Libya, Bahrain, dll, maka premi risiko terkait akan mendukung harga minyak lebih tinggi."

Sebuah rekor perbedaan harga antara minyak mentah New York WTI dan Brent karena melimpahnya pasokan minyak mentah di Amerika Serikat, di mana depot Cushing di Oklahoma hampir penuh.

Departemen Energi pemerintah AS pada Rabu mengumumkan Rabu bahwa persediaan minyak mentah naik 860.000 barel dalam pekan yang berakhir 11 Februari.

Ekspektasi untuk kenaikan yang lebih besar 1,7 juta barel, menurut para analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.

"Minyak mentah Brent terus tetap cukup baik didukung penyebaran kerusuhan di seluruh Timur Tengah dengan Libya dan Iran mulai mengalami masalah mereka sendiri," tambah analis CMC Markets Michael Hewson.

"Minyak mentah AS (harga) ... telah kembali pulih dari titik terendah karena sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan kenaikan persediaan." (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011