Perayaan yang tak sempurna

Meskipun Indonesia mampu melewati laga final tersebut dengan kemenangan langsung 3-0 atas China, namun perayaannya terasa tidak sempurna.

Saat upacara penyerahan Piala Thomas, medali emas dan cenderamata di atas podium, bendera Merah Putih tidak dapat dikibarkan.

Pasalnya, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) telah menjatuhkan sanksi terhadap Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) karena dianggap tidak mematuhi aturan program uji doping.

Akibatnya, bendera Merah Putih dilarang berkibar di seluruh ajang olahraga internasional, baik single event maupun multievent, dan Indonesia juga tidak diperbolehkan menjadi tuan rumah kompetisi olahraga regional, kontinental maupun dunia selama satu tahun ke depan.

Tidak berkibarnya Merah Putih dalam Piala Thomas itu pun menjadi kali pertama sanksi WADA terhadap LADI resmi diberlakukan sejak surat teguran terkait ketidakpatuhan itu dilayangkan awal bulan ini.

Sebagai gantinya, bendera milik Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) yang berkibar dalam seremoni kemenangan itu, sambil diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

“Saya senang bisa juara, tapi ada sedikit kurangnya karena bendera Merah Putih tidak berkibar. Semoga masalah ini cepat selesai,” ungkap pemain ganda putra Fajar Alfian.

Indonesia memang menjadi juara. Tapi tanpa kibaran Sang Merah Putih, rasanya seremoni kemenangan itu kurang khidmat. Alangkah baiknya jika masalah itu segera diselesaikan, apalagi mengingat masih banyaknya ajang yang akan diikuti Indonesia ke depan.

Namun untuk saat ini, kita tetap patut bersyukur atas hasil yang telah diraih dan berterima kasih kepada tim bulu tangkis putra Tanah Air.  Selamat datang kembali, Piala Thomas.

Baca juga: Bukan sekadar akhir paceklik 19 tahun gelar juara Piala Thomas

 

Players from Indonesia pose with the trophy and their medals after winning the Thomas Cup mens team final against China in Aarhus, Denmark October 17, 2021. (Photo by Claus Fisker / Ritzau Scanpix / AFP) / Denmark OUT (AFP/CLAUS FISKER)
 

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021