Teheran (ANTARA News) - Situs-situs oposisi Iran mengatakan, demonstrasi anti-pemerintah berlangsung di sejumlah kota di negara itu, termasuk di Teheran, Minggu.

"Polisi menembakkan gas air mata ketika permainan kucing dan tikus (antara polisi dan demonstran) mulai terjadi di Lapangan Vali Asr", Teheran, kata situs Rahesabz.net mengutip beberapa saksi, demikian AFP melaporkan.

Massa demonstran juga berkumpul di lapangan-lapangan lain Teheran dan sejumlah jalan, dengan meneriakkan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar), kata situs Sahamnews.org milik pemimpin oposisi Mehdi Karroubi.

Situs itu juga melaporkan, pawai dilakukan di kota Isfahan, Iran tengah, dan kota wilayah selatan, Shiraz, sementara kantor berita Fars mengatakan bahwa keadaan tenang di kota terbesar kedua Iran, Mashhad, di wilayah timurlaut.

Fars mengatakan, "suasana tenang" terlihat di Teheran dengan penempatan pasukan keamanan dalam "kekuatan penuh".

"Polisi mengendalikan situasi dan keadaan damai di kota itu dan tidak ada laporan mengenai insiden," kata Fars.

Media asing dilarang meliput pawai oposisi.

Demonstrasi Minggu itu diadakan oleh sebuah kelompok yang mendukung pemimpin-pemimpin oposisi, Karroubi dan Mir Hossein Mousavi.

Kelompok yang menamakan diri Dewan Kordinasi Harapan Gerakan Hijau itu Kamis memasang seruan di situs oposisi bagi pawai Minggu untuk menandai hari ketujuh setelah pembunuhan dua orang dalam protes di Teheran pada Senin.

Dua orang tewas dan beberapa lain cedera, termasuk sembilan aparat keamanan, dalam insiden itu, kata sejumlah pejabat dan situs oposisi.

Mousavi dan Karroubi adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu, namun mereka menganggap pemilu itu dicurangi.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel, dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011