Palu (ANTARA News) - Limbah semburan lumpur berbau belerang di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, sudah tumpah ke sungai karena endapan di sekitar lubang lumpur sudah mencapai ketinggian hingga 30 centimeter.

"Limbahnya sudah mengalir ke sungai, karena kebetulan jarak sungai dengan pusat semburan hanya sekitar 10 meter," kata Sekretaris Kecamatan Dondo Iksan Jamri, yang dihubungi dari Palu, Rabu.

Dia mengatakan, pusat semburan berada di perbatasan wilayah tiga desa yakni Desa Malala, Tinabogan, dan Malulu, Kecamatan Dondo, Kabupaten Tolitoli.

Menurut Iksan, pusat semburan tersebut berada di perkebunan rakyat sehingga jauh dari pemukiman penduduk.

Jarak pusat semburan dengan pemukiman penduduk sekitar 1,5 kilometer, sehingga masyarakat belum terganggu. "Tetapi kami sudah menghimbau agar tidak terlalu mendekat ke pusat semburan karena khawatir bau yang keluar dari lubang tersebut mengandung racun," kata Iksan.

Iksan mengatakan, endapan lumpur yang keluar dari perut bumi tersebut sudah mencapai ketebalan hingga 30 centimeter sehingga lumpurnya sebagian mengalir ke Sungai Detengon. Muara sungai ini berada di Desa Tinabogang hingga tembus ke laut.

Ia menjelaskan, meski limbahnya sudah mengalir ke sungai tetapi tidak mengakibatkan air di sungai tersebut keruh karena debit air di sungai itu cukup tinggi dengan kedalaman berkisar 35 centimeter dan lebar empat meter.

Dia mengatakan, jumlah titik semburan saat ini berkisar 20 titik yang tersebar di beberapa tempat namun dalam diameter kecil. Hanya satu di antara titik semburan tersebut diperkirakan berdiameter sekitar 80 centimeter.

Iksan mengatakan, lubang tersebut menyemburkan lumpur panas disertai asap hingga ketinggian 20 centimeter.

Hingga kini warga belum menemukan adanya ikan atau udang yang mati di sungai akibat limbah lumpur tersebut.

Semburan tersebut mengeluarkan lumpur yang panas dan bau busuk seperti bau belerang. "Lumpurnya cukup panas, telur ayam saja bisa matang dalam waktu dua atau tiga menit," kata Iksan.

Semburan lumpur tersebut ditemukan dua warga pada Selasa (22/2) pagi.

Iksan mengatakan, semburan tersebut diperkirakan sudah ada empat atau lima hari sebelumnya ditandai dengan matinya tumbuhan di sekitar lumpur.

(A055/R007/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011