Jakarta (ANTARA News) - Sepuluh anggota Delegasi Eropa untuk negara-negara Asia Tenggara dan ASEAN akan mengunjungi Jakarta dan Yogyakarta untuk mempererat hubungan multidimensional seperti perdagangan dan politik yang semakin berkembang antara Uni Eropa dan Indonesia.

“Sifat hubungan multidimensional kami dapat diterjemahkan kedalam 3D: democracy (demokrasi), diversity (keberagaman) dan development (pembangunan)," kata Ketua Delegasi untuk hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara dan ASEAN dari Parlemen Eropa Dr Werner Langen dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu.

Langen mengatakan, pihaknya akan bertemu dengan para menteri dan perwakilan LSM untuk membahas perdagangan yang berkembang antara UE (Uni Eropa) dan Indonesia – yang kini mencapai 19 miliar euro atau Rp 228 triliun – dan perluasan kerjasama di berbagai bidang seperti pendidikan, perubahan iklim, kontra terorisme, dan dialog antar agama.

Tujuan Parlemen Eropa adalah untuk menambah wawasan mengenai kesuksesan Indonesia yang bertransformasi dari negara otokratis menjadi negara demokratis dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Kunjungan ini akan memperkuat hubungan politik dan hubungan antar masyarakat yang terjalin antara UE dan Indonesia.

Kunjungan ini adalah bagian dari upaya melaksanakan Perjanjian Kemitraan dan Kerjasama UE–Indonesia (Partnership and Cooperation Agreement/PCA) yang ditandatangani pada tahun 2009.

Parlemen Eropa bertekad belajar lebih banyak mengenai kesuksesan Indonesia yang bertransformasi dari negara otokratis menjadi negara demokratis berjumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Kunjungan selama lima hari itu diharapkan akan memperkuat hubungan politik dan diplomasi publik yang terjalin antara Uni Eropa (UE) dan Indonesia.

UE dan Indonesia sama-sama memiliki identitas istimewa sebagai pusat keberagaman (diversity hotspots). UE terdiri dari 27 negara anggota serta Indonesia dengan 33 provinsi, yang masing-masing memiliki identitas unik. UE memiliki 23 bahasa resmi dan Indonesia memiliki 700 bahasa yang digunakan di seluruh nusantara.

Meskipun ekonomi Indonesia berkembang pesat dibandingkan negara-negara lainnya dengan pertumbuhan ekonomi 6,1 persen di 2010  kemitraan dalam pembangunan (development) dengan UE dan negara lainnya tetap penting untuk mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDG).

Selama kunjungan, para delegasi akan melakukan perjalanan ke Yogyakarta untuk menyaksikan kerjasama  antara UE dan Indonesia dalam kegiatan bantuan pembangunan, termasuk upaya rekonstruksi di Yogyakarta pascagempa bumi besar pada tahun 2006.

Pada 20 Oktober 2006, UE telah memobilisasi bantuan donor dengan jumlah dana sebesar 78,05 juta Eropa (US$95,22 juta) – atau Rp950 triliun – dalam rangka mendukung Pemerintah Indonesia dalam merekonstruksi, merehabilitasi dan memulihkan mata pencaharian masyarakat korban gempa bumi di Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Menurut Dr Langen, UE telah menjadi mitra Indonesia yang dapat diandalkan pada saat bencana alam terjadi, termasuk saat terjadi bencana akibat letusan Gunung Merapi dan tsunami yang melanda Kepulauan Mentawai baru-baru ini.

“Saya berharap untuk mendapatkan masukan langsung mengenai dinamika dan keberagaman hubungan antara UE dan Indonesia dan untuk memastikan bahwa Parlemen Eropa berkontribusi sepenuhnya agar hubungan “3D” ini berkembang dan tumbuh di masa mendatang,” Demikian Dr Langen.
(yud)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011