Kairo (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Maroko, Tosari Widjaja, mengatakan semua mahasiswa Indonesia di Maroko dalam kondisi aman kendati aksi unjuk rasa pro demokrasi merebak di negara kerajaan itu.

"Aksi unjuk rasa di Maroko belum berimbas kepada mahasiswa kita karena mereka umumnya mendapat beasiswa dan tinggal di asrama universitas," kata Dubes Tosari yang dihubungi ANTARA dari Kairo, Mesir, Kamis (24/2) malam.

Kendati demikian, menurut Dubes Tosari, KBRI tetap memantau situasi politik dan aktif menjalin kontak dengan para mahasiswa dan semua warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Maroko.

Jumlah mahasiswa yang ada di Maroko sebanyak 75 orang di antara total jumlah WNI tercatat 207 orang baik yang bermukim di ibu kota Rabat maupun di beberapa provinsi.

Selain mahasiswa, juga sekitar 60-an orang adalah staf KBRI dan keluarga mereka dan selebihnya adalah tenaga kerja Indonesia (TKI) pria yang umumnya sebagai tenaga profesional di perusahaan-perusahaan setempat.

Tidak ada tenaga kerja wanita (TKW) yang mengadu nasib di negara kerajaan tersebut, kata Dubes Tosari.

KBRI juga telah membentuk tim perlindungan WNI untuk mengantisipasi penyelamatan.

Bahkan, sebelum aksi unjuk rasa marak di Maroko, KBRI Rabat telah menyelenggarakan sosialisasi prosedur dan langkah penanganan WNI dalam upaya mengantisipasi situasi terburuk.

Dubes Tosari menjelaskan bahwa perlunya sosialisasi dilaksanakan agar para WNI selalu waspada dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika situasi keamanan mulai tidak kondusif.

"Sosialisasi tersebut merupakan langkah antisipastif dalam melindungi warga Indonesia," katanya, merujuk pada situasi serupa di beberapa negara kawasan seperti Tunisia dan Mesir.

Dalam sosialissasi juga WNI diberi arahan, antara lain agar menjauhi tempat-tempat aksi demo, tidak keluar dari rumah pada malam hari, selalu membawa identitas diri dan melakukan koordinasi dengan KBRI.

Di sisi lain, Dubes menilai bahwa aksi unjuk rasa di Maroko jauh lebih damai di banding dengan beberapa negara lain di kawasan itu.

Aksi unjuk rasa memuncak pada Ahad (20/2) di Rabat dan berbagai kota yang mengakibatkan puluhan orang cedera termasuk aparat keamanan dan 120 pengunjuk rasa ditangkap, kata Menteri Dalam Negeri Maroko Taib Cherkaouipada pada awal pekan ini.

Disebutkan, sedikitnya lima mayat ditemukan di sebuah bank yang dibakar di tengah berlangsungnya demonstrasi.

Para pengamat menilai, meskipun spanduk dan yel-yel pendemo tidak secara langsung menyerang raja, namun baru kali ini tuntutan bagi reformasi konstitusi diungkapkan secara terbuka oleh rakyat Maroko.

Para pemrotes menuntut Raja Mohammed VI menyerahkan sejumlah wewenang, membubarkan pemerintah dan memberantas korupsi.

Aksi unjuk rasa di Maroko ini terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan rezim yang telah puluhan tahun berkuasa.

Mendagri Cherkaoui mengatakan, protes itu awalnya berlangsung damai namun sejumlah remaja dan pengacau melakukan aksi perusakan di Marrakesh, Tangier, Sefrou dan beberapa kota lain. (M043/B012/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011