Ini (pemboikotan media, red.) yang tidak perlu dan kurang tepat
Semarang (ANTARA News) - Analis media Universitas Diponegoro Semarang, Triyono Lukmantoro menilai kritik yang dilontarkan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam terhadap media ada benarnya.

"Memang ada perbedaan antara mengkritik dan menjelekkan. Ini yang kemudian harus disikapi media secara proporsional dan tidak terlalu berlebihan," katanya di Semarang, Sabtu.

Ia menjelaskan fungsi kritik yang dilakukan media harus disertai langkah mencari solusi atas permasalahan itu, bukan lantas mencari-cari kesalahan yang dilakukan pemerintah.

Menurut dia, kritik yang dilontarkan Dipo Alam terhadap media itu ada benarnya, meski tidak sepenuhnya benar, misalnya sampai disertai seruan pemboikotan terhadap media.

"Ini (pemboikotan media, red.) yang tidak perlu dan kurang tepat, meski yang dimaksud Dipo Alam hanya media yang selama ini dinilai sering menjelek-jelekkan pemerintah," katanya.

Kalau mau mengkritik pemberitaan media, kata Triyono, cukup mengatakan seperti ini, misalnya, "Pemberitaan salah satu atau beberapa media tidak objektif dan saya keberatan,".

Ia menilai kritik yang dilakukan terhadap media harus dilakukan secara cerdas dan media juga harus menyikapi kritik tidak secara berlebihan, apalagi sampai menggalang opini publik memojokkan si pemberi kritik.

Media, kata pengajar sosiologi komunikasi Undip, perlu menyikapi kritik secara arif, jangan kemudian menempatkan bahwa media seakan-akan tidak pernah melakukan kesalahan atau kekeliruan.

"Saya kira media harus `fair` juga dan melakukan introspeksi, apakah selama ini tidak pernah melakukan kesalahan, terutama soal keakuratan, keobjektifan, dan pemilihan narasumber," katanya.
(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011