Denpasar (ANTARA News) - Pengurus Wilayah Muhammadiyah Bali memberikan penghargaan kepada lima kader yang dinilai telah banyak berjasa dalam aspek kebangsaan, kemanusiaan, lingkungan hidup dan pariwisata.

Penghargaan yang disampaikan pada pelantikan pengurus Muhammadiyah Bali periode 2010-2015 di Denpasar, Sabtu (26/2) malam itu diberikan kepada almarhum Anang Ramli (pejuang), H. Hasyim Ahmad (budayawan), H. Rizani Idza Karnanda (pariwisata), H Suripto Guntoto (pertanian dan lingkungan), serta H. Agus Bambang Priyanto (kemanusiaan).

Anang Ramli yang berasal dari Kampung Bugis di Buleleng pernah menjadi pemimpin Pasukan Istimewa dalam pertempuran melawan penjajah Belanda. Pasukan khusus yang bergerak di wilayah Kabupaten Badung itu adalah bagian dari prajurit pimpinan pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai.

Anang bersama pemuda-pemuda Bali lainnya pada Oktober 1945 juga berhasil merobek bendera biru pada bendera merah putih biru yang dikibarkan Belanda di pelabuhan Buleleng. Bendera itu kemudian berganti dengan merah putih setelah Anang dan kawan-kawan melewati pertempuran dengan pasukan Belanda.

Hasyim Ahmad adalah kader Muhammadiyah yang sangat mumpuni dalam kebudayaan Bali. Bahkan, lelaki asal Lombok itu juga menguasai tiga bahasa lokal, yakni Bali, Sasak dan Jawa Kuno. Budayawan ini dikenal juga menguasai seni "mekidung" atau "macapat" yang menggunakan aksara Bali (Jawa kuno).

Lelaki yang juga menguasai berbagai seni tradisional ini dikenal memiliki pergaulan yang luas di kalangan Islam maupun Hindu Bali. Ia menjadikan budaya sebagai jembatan untuk merajut kebersamaan dalam perbedaan.

Rizani dikenal sebagai tokoh Muslim yang memelopori pariwisata selancar di Bali. Mantan aktivis mahasiswa yang memiliki usaha penginapan di Kuta ini sampai 123 kali menjadi ketua panitia kegiatan lomba selancar tingkat nasional maupun internasional.

Supriyanto adalah kader Muhammadiyah yang aktif dalam bidang penelitian. Ia meneliti perut luwak (musang) yang biasa memakan biji kopi untuk dikembangkan menjadi usaha kopi luwak tanpa harus menggunakan media satwa tersebut.

Hal itu dilakukan karena Supriyanto melihat bahwa usaha kopi luwak banyak mengganggu kehidupan luwak itu sendiri karena sekitar 30 persen satwa yang dipelihara justru tidak bertahan hidup. Selain soal kopi luwak, Supriyanto yang lahir di Jember juga meneliti tentang petir untuk kesuburan tanah.

Agus Bambang sangat terkenal perannya hingga ke luar negeri saat ini menjadi penggerak kemanusiaan membantu para korban bom Bali pada Oktober 2002. Ia dikenal sebagai kader yang memiliki kepedulian dan selalu menjadi relawan pada berbagai bencana di tempat lain di negeri ini.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyambut baik pemberian penghargaan tersebut karena organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tersebut berarti tidak melupakan sejarah yang telah ditorehkan oleh kader-kadernya.

Sementara Ketua PW Muhammadiyah Bali, Mafrukin, berharap bahwa pemberian penghargaan tersebut dapat memacu anak-anak muda organisasi berlambang matahari itu untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan kepada masyarakat.
(T.M026/N005)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011