Kota Gaza (ANTARA News) - Polisi Hamas hari Minggu menangkap sejumlah pemrotes yang menuntut persatuan antara gerakan itu dan kelompok saingannya di Tepi Barat, Fatah, kata beberapa saksi di Kota Gaza kepada AFP.

Polisi bertindak ketika sekitar selusin pemrotes muda berusaha berpawai ke gedung parlemen di Kota Gaza untuk mendesak para musuh politik membuka lagi perundingan rekonsiliasi.

Beberapa saksi mengatakan kepada AFP, pemrotes yang membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan "Akhiri Perpecahan" dikawal oleh polisi ketika mereka berpawai melewati rumah sakit Shifa di Kota Gaza.

Sejumlah demonstran ditangkap dan yang lain meninggalkan lokasi tersebut. Protes itu tidak bisa dilakukan di luar gedung parlemen seperti yang direncanakan sebelumnya.

Belum ada pernyataan segera dari Hamas mengenai hal itu.

Ini merupakan yang kedua kali aparat Hamas menangkap anggota-anggota sebuah gerakan yang menyerukan perubahan di kancah politik Palestina.

Senin, polisi menghentikan sekitar 20 demonstran muda yang melakukan aksi duduk di Lapangan Prajurit Tak Dikenal di Kota Gaza.

Salah satu penyelenggara utama gerakan persatuan di Gaza, Ahmed Arar, ditangkap namun dibebaskan sehari kemudian. Hamas menyatakan membubarkan protes karena penyelenggara tidak meminta izin untuk melakukan pawai.

Ribuan pemuda Palestina bergabung di Facebook untuk menyerukan diakhirinya perpecahan antara Hamas dan kelompok saingannya, Fatah, yang kini memerintah di Tepi Barat.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza hampir dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011