Kunduz (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri telah menewaskan kepala polisi provinsi Kunduz di Afghanistan utara, tempat yang makin bergolak dalam perlawanan pimpinan-Taliban, gubernur provinsi itu mengumumkan, Kamis.

Beberapa pejabat menuturkan sedikitnya tiga orang tewas dan delapan orang yang lain terluka akibat ledakan itu.

Kepala polisi Kunduz Abdul Rahman Sayedkhili sedang berpatroli dengan sekitar 50 polisi lainnya ketika seorang pembom bunuh diri yang berjalan kaki meledakkan sebuah bom, yang menewaskan Sayedkhili, kata gubernur Mohammad Anwar Jigdalek pada Reuters.

Kunduz tak bisa dipungkiri telah menjadi sebuah markas gerilyawan dalam dua tahun terakhir, dengan serangan menyebar ke provinsi-provinsi di sekitarnya, sementara serangan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan-NATO terpusat di kubu pertahanan Taliban di selatan dan timur.

"Setelah serangan itu ada beberapa tembakan di kota itu dan sekarang helikopter-helikopter NATO terbang di atas kota," kata Jigdalek.

Sedikitnya dua orang yang lain tewas.

"Kami telah menerima tiga polisi tewas, termasuk kepala polisi itu, dan delapan orang terluka," jelas Humayoun Khamosh, seorang dokter di rumah sakit Kunduz.

Seorang jurubicara ISAF menyatakan mereka menyadari serangan itu, tapi tidak memiliki rincian lainnya.

Pada 2010, kekerasan di Afghanistan menyentuh tingkat terburuknya sejak Taliban dijatuhkan oleh pasukan Afghanistan pimpinan-Amerika Serikat pada akhir 2001, meskipun ada kehadiran hampir 150.000 tentara asing.

Belum ada peredaan dalam pertempuran sejauh ini pada 2011 dan para komandan AS telah memperingatkan kekerasan mungkin bahkan akan meningkat lagi pada musim semi mendatang.

Beberapa pengamat menyatakan itu pertanda mengkhawatirkan dengan Presiden AS Barack Obama telah berjanji untuk memulai penarikan berangsur-angsur tentara AS dari Juli, meskipun gerilya meluas melewati kubu pertahanan tradisional Taliban di selatan dan timur ke daerah-daerah yang relatif damai di utara dan barat.

Beberapa komandan AS mengatakan tentara mereka telah benar-benar membuat kemajuan, sebagian besar di selatan, sejak 30.000 tentara tambahan tiba tahun lalu.

Tapi beberapa pengamat mempertanyakan kebijakan jadwal waktu Juli yang terlalu cepat setelah kemajuan dibuat dan dengan tekanan terbesar terjadi di selatan dan timur tanpa perhatian cukup diberikan pada front-front baru yang muncul di utara.

Kunduz adalah kota terakhir yang jatuh ke pasukan Aliansi Utara yang didukung-AS pada 2001 dan meningkatnya kekerasan di wilayah itu menekankan kompleksnya konflik Afghanistan di daerah-daerah tempat Taliban berdesakan dengan kelompok gerilyawan internasional dan lokal ketika mereka berupaya untuk memperluas pengaruh mereka. (S008/M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011