Tokyo (ANTARA News) - Tingkat radiasi dekat reaktor nuklir yang dihantam gempa kini berbahaya bagi kesehatan manusia, kata pemerintah Jepang menyusul dua ledakan dan kebakaran di fasilitas tersebut Selasa.

"Tidak diragukan lagi, tidak seperti sebelumnya, angka-angkanya berada pada tingkat yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia," kata kepala juru bicara pemerintah Yukio Edano, demikian AFP mealporkan.

Puluhan ribu orang telah dievakuasi dari zona dalam radius 20 km dari pembangkit Fukushima No.1, 250 km timur laut Tokyo.

Namun Perdana Menteri Naoto Kan mendesak penduduk yang tinggal 10 km dalam zona pengecualian sekitar pembangkit supaya tetap tinggal di dalam rumah.

Sebuah ledakan Selasa sebelumnya terjadi pada reaktor nomor-dua. Dan Edano kemudian mengatakan terjadi ledakan juga yang diawali kebakaran di reaktor nomor-empat.

Meskipun reaktor nomor-empat ditutup untuk perbaikan ketika gempa dan tsunami menghantam Jumat lalu, "bahan bakar nuklir di reaktor tersebut memanas, menciptakan hidrogen dan memicu ledakan hidrogen".

Dia mengatakan bahan-bahan radioaktif bocor bersama dengan hidrogen tersebut.

"Harap diperhatikan bahwa apa yang terbakar bukanlah bahan bakar nuklir itu sendiri," kata Edano. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk memadamkan atau mengontrol kebakaran sesegera mungkin."

Ledakan hidrogen serupa telah menghantam reaktor nomor-satu dan nomor-tiga pada Sabtu dan Senin. Bangunan-bangunan yang menaungi empat dari enam reaktor di pembangkit tersebut, yang dibuka pada 1971, kini dilanda ledakan-ledakan.

Edano mengatakan bahan-bahan radioaktif mungkin menyebar di luar area 20-30 km namun semakin jauh akan semakin hilang.

Masih belum jelas apakah sekat kontainer reaktor nomor-dua pecah.

Operator pembangkit tersebut awalnya mengatakan kepada badan keamanan nuklir bahwa sekat belum berlubang, tetapi kemudian mengatakan kepada AFP pihaknya masih memeriksa adanya kebocoran.

Jepang sedang panik mengatasi darurat nuklir setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat Jumat memutuskan aliran listrik pembangkit berusia 40 tahun dan mematikan sistem pendinginannya.

Para pejabat telah berjuang untuk mencegah pelelehan di reaktor-reaktor yang rusak tersebut, mengatakan batang-batang bahan bakar kemungkinan telah rusak parah karena overheating.

Namun mereka belum melaporkan semacam kebocoran radiasi yang akan menyertai kehancuran besar.

Krisis nuklir yang berlanjut telah membuat terpaku warga sekitar yang sedang berjuang mengatasi buntut gempa dan tsunami.

"Sedikit sekali orang keluar ke jalan-jalan", kata Mako Sato, seorang pelayan cafe di kota Miharumachi di luar zona evakuasi. "Mereka tinggal di rumah atau di pusat-pusat evakuasi.

"Oleh karena kondisi sekitar pembangkit nuklir tidak begitu pasti, saya takut. Pasokan makanan kurang dan apa yang dibicarakan para pelanggan adalah gempa dan bagaimana menakutkannya itu, karena kami masih merasakan gempa-gempa susulan."

Seorang karyawan di Hotel Chisun di Koriyama mengatakan tidak ada tanda-tanda jelas kepanikan meskipun terjadi krisis nuklir.

"Setiap orang bereaksi dengan tenang. Namun karena kekhawatiran keamanan sesudah gempa, kami tidak menerima bisnis baru," kata karyawan itu.

"Sangat sedikit toko makanan. Dan toko perbekalan di sekitar sini semuanya tutup. Kami melakukan yang terbaik sebisa kami dengan cadangan kami." (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011