Kairo (ANTARA News) - Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Mesir dalam penyelidikannya mengungkapkan bahwa revolusi Mesir dari 25 Januari hingga 11 Februari 2011 merenggut nyawa 685 anak bangsa.

"Komisi HAM telah merampungkan penyelidikan dan menemukan jumlah yang meninggal akibat bentrokan sebanyak 685 orang dan 5.000 orang cedera," kata Ketua Komisi HAM Mesir, Mohamed Faiq kepada wartawan di Kairo, Selasa.

Para korban cedera tercatat 1.200 menderita luka memar di mata, luka di bagian atas badan.

Hasil penyelidikan juga merekomendasikan pemeriksaan sejumlah pejabat-pejabat terkait yang diduga melanggar HAM selama 18 hari revolusi dari 25 Januari hingga tumbangnya Presiden Hosni Mubarak pada 11 Februari 2011.

Menurut Faiq, para pejabat yang diduga melakukan pelangaran HAM selama tersebut mencakup kalangan pejabat pemerintah, perwira kepolisian dan pejabat Dinas Keamanan Nasional (Amn Ad-Daulah).

Sebelumnya, Dewan Tertinggi Militer yang diketuai Marsekal Hussein Tantawi telah membubarkan Dinas Amn Ad-Daulah atas desakan kelompok proreformasi karena dituduh melakukan pelanggaran HAM dengan menembaki para pengunjuk rasa.

Mantan Menteri Luar Negeri Habib Al Adly, yang membawahkan Amn Ad-Daulah dan kepolisian, kini sedang sedang diadili atas tuduhan korupsi dan pencucian uang,

Hasil penyelidikan tersebut telah disampaikan Komisi HAM kepada Ketua Majelis Tertinggi Militer, Marsekal Hussein Tantawi selaku penguasa sementara Mesir sejak Mubarak mengundurkan diri pada 11 September.

Hasil penyelidikan juga disampaikan kepada Perdana Menteri Essam Sharaf dan Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjuti.
(M043/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011