Damaskus (ANTARA News/AFP) - Sebanyak 17 orang tewas Jumat ketika massa demonstran yang bergerak menuju kota protes Daraa, Suriah, diserang tembakan, kata seorang aktivis hak asasi manusia.

"Tujuh-belas pemrotes tewas dalam penembakan di desa Sanamen ketika mereka bergerak menuju Daraa," sebuah kota suku 100 kilometer sebelah selatan Damaskus, kata aktivis yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP.

Laporan itu tidak bisa dikonfirmasi oleh sumber-sumber independen atau rumah sakit di daerah tersebut.

Aktivis yang berkantor di Daraa itu mengatakan, pasukan keamanan Jumat juga menembaki pemrotes yang berkumpul di kota itu di dekat rumah gubernur, yang dipecat sebelumnya pekan ini.

Aktivis menuduh pasukan keamanan membunuh lebih dari 100 orang pada Rabu saja di kota itu, yang menjadi tempat tinggal sekitar 75.000 orang.

Wartawan pada Jumat diminta meninggalkan Daraa, sebuah kota suku dekat perbatasan Suriah-Yordania, tak lama setelah pemakaman dua orang yang tewas dalam penembakan terhadap pemrotes pada pekan ini.

Sejumlah wartawan AFP melihat pasukan militer ditempatkan di jalan-jalan yang menuju Daraa ketika para jurnalis itu dikawal keluar dari kota tersebut.

Suriah bulan ini mulai dilanda protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menuntut reformasi besar-besaran di negara yang dikuasai Partai Baath selama hampir 50 tahun itu.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Suriah, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.

Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.

Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.

Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.

Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011