Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS (apresiasi) dalam beberapa waktu terakhir tidak menurunkan ekspor Indonesia.

"Selama Maret-awal April masih ada penguatan Rupiah namun ekspor masih kuat," kata Kepala BPS, Rusman Heriawan usai rakor ketahanan pangan di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Rabu.

Ia mengakui ada kekhawatiran bahwa penguatan nilai tukar Rupiah akan berdampak pada penurunan volume ekspor Indonesia. "Kekhawatiran ekspor akan turun ternyata tidak terjadi," kata Rusman.

Ia menyebutkan, munculnya kekhawatiran ekspor turun karena eksportir memperoleh Rupiah yang lebih kecil karena adanya penguatan nilai tukar Rupiah.

Menurut dia, kekhawatiran itu tidak terjadi karena produk-produk ekspor Indonesia sebagian besar adalah barang-barang inelastis.

"Produk yang diekspor sebagian besar barang-barang yang dibutuhkan seperti barang tambang, CPO, dan lainnya," katanya.

Sementara itu dari sisi impor, penguatan nilai tukar memberi dampak import deflation. Saat ini industri sedang menikmati kenyamanan karena harga impor yang terkendali karena penguatan Rupiah.

Rusman juga menyebutkan bahwa tren penurunan harga kebutuhan pokok terutama pangan hingga saat ini masih menunjukkan penurunan.

"Hingga pekan pertama April, penurunan harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, telur ayam, masih terjadi," katanya.

Menurut dia, harga beras masih menunjukkan penurunan namun harga di tingkat petani masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
(S034*A039)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011