Surabaya (ANTARA News) - Asisten wasit yang bertugas pada pertandingan kompetisi Divisi Utama antara tuan rumah Persebaya melawan Perseru Serui Papua, Kamis petang, pingsan di pinggir lapangan sehingga membuat laga sempat dihentikan.

Peristiwa pingsannya asisten wasit bernama Kusumo Widodo itu terjadi saat laga memasuki menit ke-56 atau tepat waktu Mahgrib. Sebelum jatuh tergeletak, dia terlihat kejang-kejang dan dari mulut keluar busa.

Saat itu juga pertandingan langsung dihentikan wasit, untuk memberi kesempatan tim medis memberikan pertolongan.

Kusumo Widodo kemudian dilarikan ke RS Dr Soewandhi Surabaya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Stadion Gelora 10 Nopember Tambaksari yang menjadi tempat pertandingan.

Belum diketahui secara pasti penyebab pingsannya asisten wasit tersebut. Dugaan sementara, kondisi fisik Kusumo Widodo sedang kelelahan saat menjalankan tugas.

"Kejadian seperti ini sangat jarang. Apa dia tidak menjalani tes medis dulu sebelum memimpin pertandingan," tanya dokter tim Persebaya 1927 (LPI), dr Heri Siswanto, saat menyaksikan laga tersebut.

Menurut Heri, dari tanda-tanda yang terlihat pada asisten wasit tersebut, ada dugaan Kusumo Widodo mengidap semacam penyakit epilepsi.

"Itu analisa saya kalau melihat gejala yang tampak. Untuk pastinya, biar tim dokter rumah sakit yang menjelaskan," tambahnya.

Ketua Panpel Persebaya Divisi Utama, Wastomi Suheri, yang dikonfirmasi terpisah juga belum bisa memastikan penyebab pingsannya asisten wasit tersebut.

"Kami juga masih menunggu laporan dari tim medis Rumah Sakit Soewandhi," ujarnya.

Pada pertandingan itu, Persebaya meraih kemenangan tipis 1-0 melalui gol Charles Orock saat laga baru berjalan enam menit.

Laga Persebaya melawan Perseru yang seharusnya digelar pukul 15.30 WIB, harus molor dan baru dimulai pukul 16.17 WIB akibat ketidaksiapan panitia penyelenggara.

Pengawas pertandingan tidak segera mengizinkan laga dimulai, karena tim medis yang disiapkan panpel tidak lengkap, termasuk mobil ambulans.(*)
(T.D010/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011