Timika (ANTARA News) - Aparat TNI di Mimika, Papua, memberikan dukungan penuh kepada pihak kepolisian setempat dalam melakukan penyisiran di areal PT Freeport Indonesia guna mencari dan menangkap pelaku yang telah menebar teror penembakan terhadap karyawan perusahaan itu.

Komandan Kodim (Dandim) 1710 Mimika Letkol Inf Bonni Christian Pardede di Timika Minggu mengatakan, kegiatan razia senjata tajam dan senjata api di Kota Timika maupun penyisiran di sekitar lokasi kejadian penembakan terhadap mobil karyawan PT Freeport di Mil 37 MA 220 di ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro dilakukan bersama-sama oleh Polri dan TNI.

"Operasi gabungan Polri dan TNI bukan saja kali ini karena ada kejadian, tapi selama ini terus-menerus demikian. Semua kita kerja sama," kata Bonni.

Ia menampik sinyalemen bahwa TNI kecolongan dalam mengawal areal obyek vital nasional (obvitnas) itu lantaran lokasi penembakan dan pembakaran mobil hingga menewaskan dua petinggi security PT Freeport Indonesia pada Rabu (6/4) dan Kamis (7/4) lalu menjadi area pengamanan oleh sejumlah satuan TNI.

Bonni juga membantah keras tudingan berbagai kalangan yang menyebutkan TNI dan Polri selama ini tidak serius dalam memberikan jaminan keamanan kepada karyawan PT Freeport Indonesia dan berbagai perusahaan privatisasi serta kontraktornya.

Penilaian seperti itu disampaikan oleh para karyawan Freeport saat menggelar aksi solidaritas di halaman Kantor Freeport Kuala Kencana dan Kantor DPRD Mimika.

"Jangan bilang kita tidak serius. Tidak pernah kita melaksanakan tugas dengan tidak serius. Semua kita pingin aman, tidak ada yang menghendaki terjadi sesuatu yang seperti ini," tegas Bonni

Menurut dia, soal jaminan keamanan karyawan dan seluruh masyarakat Mimika menjadi tugas dan tanggung jawab bersama semua pihak.

"Kalau bicara menjamin keamanan karyawan, yah harus semua. Diperlukan adanya sinergitas antarsemua komponen yang ada baik perusahaan maupun pemerintah daerah kalau memang kita semua menyadari bahwa perusahaan dan karyawan merupakan aset bangsa," jelas Bonni.

Kurang Peduli

Sementara itu sejumlah karyawan saat menggelar aksi solidaritas atas kematian dua rekan mereka di halaman Kantor Freeport Kuala Kencana, Sabtu (9/4) mengeluhkan kurang pedulinya Pemkab dan DPRD Mimika atas musibah kemanusiaan tersebut.

"Kasus kematian Daniel Mansawan dan Hari Siregar ini sungguh sangat tragis dan tidak manusiawi karena mereka dibunuh lalu dibakar seperti binatang. Tapi Pemda dan DPRD Mimika sepertinya kurang peduli dengan kejadian ini. Padahal selama ini Pemda Mimika hidup bergantung dari royalti dan pajak-pajak kami karyawan," tutur salah seorang karyawan tambang bawah tanah PT Freeport.

Kekecewaan itu disampaikan karyawan Freeport mengingat pada Jumat (8/4) sore ribuan karyawan menggelar aksi jalan kaki dari Terminal Gorong-gorong Timika menuju Kantor DPRD Mimika, namun setiba di rumah rakyat itu mereka hanya diterima oleh satu orang anggota DPRD yaitu Athanasius Allo Rafra.

Sementara 24 anggota DPRD Mimika yang lain termasuk Ketua, Trifena Tinal tidak berada di tempat. Trifena Tinal yang juga merupakan saudara kandung Bupati Mimika, Klemen Tinal dikhabarkan hingga saat ini bersama Bupati Klemen Tinal sedang bertugas ke Jakarta untuk memenuhi panggilan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi terkait masalah data kependudukan.

Menurut informasi yang dihimpun ANTARA di Timika, DPRD Mimika akan mengagendakan rapat dengan sejumlah pihak untuk membahas masalah penembakan yang terjadi di areal PT Freeport Indonesia pada hari Selasa (12/4).

"Kalau rapatnya baru terjadi hari Selasa minggu depan, lalu mereka mau bicara apa lagi, padahal ini kasus pelanggaran HAM berat. Kami sangat kecewa dengan ketidakproaktifan institusi DPRD Mimika. Mereka tidak punya hati untuk tanggap terhadap masalah yang dialami warganya. Kami menyesal telah memilih mereka duduk di kursi legislatif," kritik salah seorang isteri karyawan yang ikut berdemo ke DPRD Mimika tahun 2009 saat terjadi kasus penembakan yang menewaskan warga Australia, Drew Nicholas Grant.

(E015/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011