Gaza (ANTARA News) - Peluru artileri Israel menewaskan dua warga Palestina di Gaza, Sabtu setelah serangan roket dilancarkan dari daerah itu, kata sumber-sumber keamanan Palestina, sementara gencatan senjata yang diumumkan kelompok-kelompok garis keras hampir berakhir. Pembunuhan kedua anggota kelompok garis keras itu menandakan korban pertama seperti itu sejak tentara Israel memberlakukan satu zona keamanan di daerah tersebut, dengan menggunakan serangan udara dan artileri terhadap kelompok garis keras Gaza dalam usaha menghentikan serangan-serngan roket. Aksi kekerasan itu terjadi setelah para pejuang Palestina berulangkali mengeluarkan ancaman mereka untuk meninggalkan gencatan senjata defakto pada awal tahun 2005, yang menandakan tantangan lebih jauh pada Presiden Palestina Mahmud Abbas menjelang pemilu legislatif Palestina. Sebuah pernyataan tanggal 1 Januari yang dikeluarkan Hamas, yang bersumpah untuk menghancurkan Israel dan menyebabkan terjadinya aksi-aksi bom bunuh diri sejak dimulainya aksi perlawanan rakyat Palestina tahun 2000, mengatakan "Isrel akan menanggung akibat atas kejahatan yang dilakukannya terhadap rakyat kami di Gaza utara". Israel menuntut agar Abbas melucuti senjata kelompok bersenjata sebagai satu syarat untuk memulai kembali rencana perdamaian "peta jalan." Abbas, Sabtu bertekad akan menegakkan hukum dan ketertiban setelah penculikan tiga warga Inggris dan keresahan di kalangan Palestina. Kelompok-kelompok garis keras Palestina , yang kesal dengan kemiskinan dan korupsi yang diduga terjadi dalam partai Fatah pimpinan Abbas dan pasukan keamanan, menculik para warga asing dan menyerbu kantor-kantor pemerintah dalam bulan-bulan belakangan ini, untuk minta kerja. "Kini saatnya memberlakukan wewenang hukum dan ketertiban," kata Abbas dalam pesan Tahun Baru yang disiarkan di televisi Palestina. "Kejadian-kejadian ini.. merusak kredibilitas internasional kita dan memperkuat dalih Israel untuk merusak perdamaian dan menghentikan penarikan mundur." Faksi Fatah yang dipimpin Abbas menghadapi tantangan berat dari Hamas dalam pemilihan legislatif 25 Januari, kendatipun Israel dan AS keberatan Hamas ikut dalam pemilihan itu. Para pejabat Fatah mendesak Abbas menunda pemilihan itu setelah Israel mengancam akan melarang pemilihan diselenggarakan di Jerusalem Timur sebagai protes keikutsertaan Hamas. Pembunuhan dua warga Palestina di Gaza oleh tembakan artileri Israel dekat perbatasan itu merupakan korban tewas terakhir dalam aksi kekerasan Palestina-Israel tahun 2005. Serangan-serangan bom bunuhdiri dan roket Palestina, dan serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat, telah menggangu gencatan senjata sembilan bulan itu, dikutip Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006